"Saat ini, masih ada delapan BUMN yang kami tangani. Kami masuk sebagai komisaris di perusahaan tersebut untuk mengawasi kinerja perusahaan dan melakukan upaya penyeÂhatan," ujarnya, di Malang, kemarin.
Ia menjelaskan, dalam pelakÂsanaan restrukturisasi dan atau revitalisasi BUMN, selain mendapatkan dana PMN (PeÂnyertaan Modal Negara), perÂseroan juga menggunakan dana operasional perusahaan untuk mendukung implementasi proÂgram tersebut.
"Untuk restrukturisasi ini sumber dananya ada dua, dari PMN dan dana operasional PPA. (Dari 2009) sampai per 30 September 2017, outstanding pinjaman untuk 8 BUMN yang sudah diberikan sebesar Rp 1,9 triliun dari total dana PMN yang diberikan sebesar Rp 3,2 triliun," katanya.
PTDI Paling GedeIa menyebutkan, kedelapan BUMN yang dimaksud yakni PT Dirgantara Indonesia (Persero) dengan dana outstanding pinjaÂman sebesar Rp 605 miliar, PT Merpati Nusantara Airlines (PerÂsero) sebesar Rp 604 miliar, PT PAL Indonesia (Persero) sebesar Rp 225,8 miliar, PT Kertas Kraft Aceh (Persero) sebesar Rp 277,4 miliar, PT Industri Gelas (Persero) Rp 122,8 miliar, PT Industri Kapal Indonesia (PerÂsero) sebesar Rp 32,1 miliar, PT Kertas Leces (Persero) sebesar Rp 50 miliar dan PT Survei Udara Penas (Persero) sebesar Rp 22,5 miliar.
Dari dana Rp 3,2 triliun itu, juga dialokasikan bantuan setoran modal sementara untuk PT Waskita Karya (Persero) Tbk sebesar Rp 803 miliar sebelum perusahaan konstruksi tersebut melakukan IPO (
initial public ofÂfering) dan menjadi perusahaan terbuka beberapa tahun lalu.
"Masih ada sisa anggaran sekitar Rp 500-an miliar unÂtuk melanjutkan restrukturisasi tahun depan. Ada yang kami alokasikan untuk Industri Gelas dan Penas masing-masing sekiÂtar Rp 170 miliar," katanya.
Ia mengakui, untuk menyeÂhatkan perusahaan-perusahaan BUMN tersebut, bisa memakan waktu hingga 5 tahun lamanÂya. Meski demikian, pihaknya terus berupaya menyehatkan perusahaan baik melalui skema bantuan setoran modal atau melalui pemberian pinjaman.
Ia mencontohkan, PT SurÂvai Udara Penas ditargetkan bisa kembali menjadi peruÂsahaan yang sehat pada akhir tahun ini.
"Jadi, untuk menyehatkan Penas ini kami lakukan upaya pembentukan anak perusahaan yang berfungsi sebagai sekoci untuk mencari proyek. (Anak usaha) Sudah dibentuk DesemÂber tahun lalu, PT Pratama PerÂsada Airborne, target perolehan kontrak Rp 70 miliar, tahun ini optimis bisa book hingga Rp 50 miliar," bebernya.
Sedangkan BUMN lainnya, penyehatan kinerja masih terus berlanjut. Hal ini dikarenakan, salah satunya kondisi persaingan bisnis yang masih berat seperti sektor industri kapal. Sehingga, daya saing perusahaan juga kurang.
"Seperti PTDI, itu kan proyeknya masih bergantung pada orderan pemerintah. Begitu juga PAL dan Industri Kapal IndoneÂsia, kinerjanya juga belum oke, persaingan antar industri kapal cukup berat," tandasnya. ***
BERITA TERKAIT: