PPA Suntik 8 BUMN Sakit

Alokasikan Rp 1,9 Triliun

Jumat, 17 November 2017, 09:29 WIB
PPA Suntik 8 BUMN Sakit
Foto/Net
rmol news logo PT Perusahaan Pengelola Aset/PPA (Persero) telah menga­lokasikan bantuan pendanaan restrukturisasi dan revitalisasi (RR) total sebanyak Rp 1,93 triliun untuk 8 perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik negara) dengan kinerja rapor "merah". General Manager (GM) Business Advisory & Asset Management PPA, Dikdik Permadi mengatakan, sejak 2009 pihaknya telah mendapatkan penugasan dari Kementerian BUMN untuk merestrukturisasi perusahaan pelat merah dengan kinerja bu­ruk atau sakit.

"Saat ini, masih ada delapan BUMN yang kami tangani. Kami masuk sebagai komisaris di perusahaan tersebut untuk mengawasi kinerja perusahaan dan melakukan upaya penye­hatan," ujarnya, di Malang, kemarin.

Ia menjelaskan, dalam pelak­sanaan restrukturisasi dan atau revitalisasi BUMN, selain mendapatkan dana PMN (Pe­nyertaan Modal Negara), per­seroan juga menggunakan dana operasional perusahaan untuk mendukung implementasi pro­gram tersebut.

"Untuk restrukturisasi ini sumber dananya ada dua, dari PMN dan dana operasional PPA. (Dari 2009) sampai per 30 September 2017, outstanding pinjaman untuk 8 BUMN yang sudah diberikan sebesar Rp 1,9 triliun dari total dana PMN yang diberikan sebesar Rp 3,2 triliun," katanya.

PTDI Paling Gede


Ia menyebutkan, kedelapan BUMN yang dimaksud yakni PT Dirgantara Indonesia (Persero) dengan dana outstanding pinja­man sebesar Rp 605 miliar, PT Merpati Nusantara Airlines (Per­sero) sebesar Rp 604 miliar, PT PAL Indonesia (Persero) sebesar Rp 225,8 miliar, PT Kertas Kraft Aceh (Persero) sebesar Rp 277,4 miliar, PT Industri Gelas (Persero) Rp 122,8 miliar, PT Industri Kapal Indonesia (Per­sero) sebesar Rp 32,1 miliar, PT Kertas Leces (Persero) sebesar Rp 50 miliar dan PT Survei Udara Penas (Persero) sebesar Rp 22,5 miliar.

Dari dana Rp 3,2 triliun itu, juga dialokasikan bantuan setoran modal sementara untuk PT Waskita Karya (Persero) Tbk sebesar Rp 803 miliar sebelum perusahaan konstruksi tersebut melakukan IPO (initial public of­fering) dan menjadi perusahaan terbuka beberapa tahun lalu.

"Masih ada sisa anggaran sekitar Rp 500-an miliar un­tuk melanjutkan restrukturisasi tahun depan. Ada yang kami alokasikan untuk Industri Gelas dan Penas masing-masing seki­tar Rp 170 miliar," katanya.

Ia mengakui, untuk menye­hatkan perusahaan-perusahaan BUMN tersebut, bisa memakan waktu hingga 5 tahun laman­ya. Meski demikian, pihaknya terus berupaya menyehatkan perusahaan baik melalui skema bantuan setoran modal atau melalui pemberian pinjaman.

Ia mencontohkan, PT Sur­vai Udara Penas ditargetkan bisa kembali menjadi peru­sahaan yang sehat pada akhir tahun ini.

"Jadi, untuk menyehatkan Penas ini kami lakukan upaya pembentukan anak perusahaan yang berfungsi sebagai sekoci untuk mencari proyek. (Anak usaha) Sudah dibentuk Desem­ber tahun lalu, PT Pratama Per­sada Airborne, target perolehan kontrak Rp 70 miliar, tahun ini optimis bisa book hingga Rp 50 miliar," bebernya.

Sedangkan BUMN lainnya, penyehatan kinerja masih terus berlanjut. Hal ini dikarenakan, salah satunya kondisi persaingan bisnis yang masih berat seperti sektor industri kapal. Sehingga, daya saing perusahaan juga kurang.

"Seperti PTDI, itu kan proyeknya masih bergantung pada orderan pemerintah. Begitu juga PAL dan Industri Kapal Indone­sia, kinerjanya juga belum oke, persaingan antar industri kapal cukup berat," tandasnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA