"Daya beli menurun, karena sektor rumah tangga lebih hati-hati. Lebih selektif dalam konsumsi, utamanya ini terjadi untuk kelompok rumah tangga yang di bawah middle inÂcome hingga lower income . Jadi daya beli turunnya di situ, golongan menengah ke bawah yang melemah," kata Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo dalam sebuah seminar di Jakarta, kemarin.
Untuk kalangan atas, menurut Perry, tidak terjadi penurunan daya beli. SeÂbab, tingkat pendapatannya terus meningkat. Hal terseÂbut tercermin dari analisis Dana Pihak Ketiga (DPK) bank yang menunjukkan kenaikan. Per September 2017, perolehan DPK perÂbankan nasional tercatat Rp 4.992 triliun atau naik 11,1 persen dibandingkan periode bulan sebelumnya Rp 4.237 triliun.
Untuk DPK giro tercatat Rp 1.110 triliun tumbuh 12 persen dibandingkan periode bulan sebelumnya Rp 1.073 triliun. KemuÂdian DPK tabungan tercatat Rp 1.592 triliun tumbuh 10,1 persen dibandingÂkan bulan sebelumnya Rp 1.562 triliun. Sedangkan untuk simpanan berjangka atau deposito tercatat Rp 2.290 triliun atau tumbuh 11,3 persen dibandingkan periode bulan sebelumnya.
Pertumbuhan DPK terÂjadi pada seluruh jenis simÂpanan, kecuali giro berdeÂnominasi valas yang turun 5,5 persen. Sementara itu untuk DPK berdenominasi rupiah, terakselerasi menÂjadi tumbuh 11,8 persen dari sebelumnya 9,8 persen yang terjadi pada seluruh jenis simpanan.
Industri Mamin Naik Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk SuhariÂyanto melaporkan, pada kuartal III-2017, industri manufaktur besar dan seÂdang tumbuh 5,51 persen.
"Pertumbuhan ini memÂbuktikan tingkat kebutuÂhan masyarakat akan suatu produk sangat tinggi," ungkapnya.
Kecuk memaparkan, perÂtumbuhan tersebut paling besar disumbang dari sektor industri makanan dan minuÂman (mamin). Industri ini tumbuh sekitar 9,42 persen dengan menyumbang perÂtumbuhan 28 persen.
Hal tersebut terjadi, menurut Kecuk, karena indusÂtri mamin tidak mengenal musim. Bahkan di tengah rendahnya daya beli masyarakat, mereka tetap tumÂbuh.
Meskipun industri manuÂfaktur lain, Kecuk mengungkapkan, ada beberapa industri yang mengalami penurunan. Yakni, industri komputer, barang elekÂtronik dan optik minus 1,78 persen, lalu industri kertas dan barang dari kerÂtas minus 2,73 persen, dan industri pengolahan lainnya minus 4,88 persen.
Isu penurunan daya beli masyarakat menjadi perÂhatian serius Komite StaÂbilitas Sistem Keuangan (KSSK). Menteri Keuangan Sri Mulyani mengaku, akan mengkaji serius isu tersebut.
"Persepsi penurunan daya beli masyarakat masih terus jadi perhatian pemerintah. Pembahasan di KSSK meÂlihat apakah ini persepsi atau sifatnya nyata. Kami terus melakukan penelitian mengenai sumber persepsi (penurunan) daya beli ini," kata Sri Mulyani di Jakarta, Selasa sore (31/10). ***
BERITA TERKAIT: