Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial Anton J Supit mengatakan, peluang ini mesti dimanfaatkan oleh Indonesia dengan meningkatÂkan kompetensi SDM melalui pendidikan vokasi. Kesempatan yang diberikan Jerman adalah momentum untuk menyalurkan SDM sekaligus menekan jumlah pengangguran.
"Kami sedang merancang pendidikan vokasi agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan," ujarnya di Jakarta, kemarin.
Jumlah pengangguran di InÂdonesia sebetulnya bisa ditekan jika SDM-nya sudah dibekali dengan keterampilan dari SekoÂlah Menengah Kejuruan (SMK). Anton optimis, melalui vokasi yang dirancang oleh Kadin ini mampu meningkatkan daya saÂing SDM Indonesia.
"Produktifitas dan kompetensi tenaga kerja di Indonesia mesti ditingkatkan lagi maka vokasi ini harus berdampak pada sistem pendidikan kita dan ketenagakerjaan," jelasnya.
Menurut dia, saat ini pendidikan vokasi yang dikembangkan dari swasta dan pemerintah sudah berjalan di negara lain. Kondisi ini membuka kemungkinan nantinya lowongan kerja oleh Jerman ini dibuka ke negara lain yang tenaga kerjanya lebih terlatih.
"Makanya Vietnam juga diÂminati, kalau kita tidak meningÂkatkan kompetensi seperti SDM ya Jerman mencari negara lain," bebernya.
Menurutnya, jumlah tenaga kerja di industri jumlahnya makin berkurang karena adanya otomasi atau penggunaan robot dan mesin tercanggih. "PerusaÂhaan-perusahaan sepatu dan garÂmen sudah mulai mengalihkan pada robot. Di pabrik sepatu untuk lem sepatu saja sudah dengan robot," katanya.
Namun, kata Anton, bukan berarti SDM tidak dibutuhkan. Meski sudah menggunakan mesin canggih, tetap saja tenaga manusia masih diperlukan. "Kita tidak bisa menghindari ini, maka karyawan perlu memiliki komÂpetensi untuk bertahan di sektor yang dibutuhkan," jelasnya.
Koordinator Program
Industrie und Handeskammer (IHK) Trier Jerman Andreas Gosche mengaÂtakan, saat ini negaranya butuh banyak tenaga kerja dari berbagai bidang. Antara lain dari bidang kesehatan dan lokomotif.
"Banyak sekali yang kami butuhkan walaupun teknologi sudah maju tetap kami membuÂtuhkan adanya tenaga yang dibuÂtuhkan," kata Andreas Gosche.
Dia berharap, Indonesia bisa meningkatkan kualitas pendidikan agar lulusannya bisa siap pakai di berbagai perusahaan. Salah satunya adalah dengan memperÂbanyak muatan praktik dalam pendidikan vokasi yang selama ini berlangsung di SMK.
"Muatan praktik masih minim, selain itu materi pendidikan vokasi belum sinkron dengan harapan dunia usaha dan industri. Kurikulum yang ada seharusnya diselaraskan dengan kebutuhan industri," ungkap Andreas.
Pengembangan pendidikan vokasi merupakan program kemitraan antara Kadin IndoÂnesia dan Kadin Jerman. Kadin Jerman menyediakan pelatihan bagi para pelatih vokasi di peÂrusahaan-perusahaan Indonesia. Dalam sistem ini, siswa kejuruan tak hanya mendapat pendidikan di sekolah, melainkan juga melaÂlui pemagangan di perusahaan.
Penerapan pendidikan vokasi di Jerman dinilai berhasil meneÂkan angka pengangguran yang per Juni 2017 hanya mencapi 6,7 persen. Berdasarkan data IHK, saat ini sepanjang 2017 secara keseluruhan terdapat sekitar 1,4 juta pemagang. ***
BERITA TERKAIT: