Kemarin, Presiden Jokowi menggelar rapat dengan sejumlah menteri terkait membaÂhas proyek kereta cepat di Istana Presiden, Jakarta. Dalam rapat ini, mereka membahas semua hal terkait proyek. Mulai dari proÂgres pembangunan, hambatan, dan rencana pengembangan.
Rini memastikan, pembanguÂnan kereta cepat masih berjalan sesuai target waktu yang telah ditetapkan.
"Masih sama saja di dalam progres. Presiden memberikan pengarahan masalah pembebasan lhan, waktu, dan lain-lain agar seÂmua dipersiapkan dengan baik," terang Rini usai rapat.
Mengenai skema pembiayaan proyek, Rini juga mengaku masih sesuai dengan skema yang telah ditetapkan, tidak ada yang berubah. Yakni, pembiayaan sebesar 5,585 miliar dolar AS yang akan didanai oleh konsorÂsium China dan Indonesia.
Menteri Koordinator (Menko) Kemaritiman Luhut Panjaitan mengungkapkan, pemerintah tengah mengkaji peluang mengintegrasikan proyek dengan BanÂdara Internasional Kertajati.
"Tadi bicara komprehensif mengenai proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, sekarang ada peluang mungkin itu sekaligus dikaitkan dengan Bandara KerÂtajati agar merupakan satu kesatuan sehingga
cost bisa ditekan lagi ke bawah," ungkap Luhut.
Dia mengatakan, penginteÂgrasian kereta cepat Jakarta-Bandung dengan Bandara KerÂtajati sangat dibutuhkan untuk menyatukan seluruh moda transÂportasi. Menurutnya, pemerintah menargetkan bisa menghubungÂkannya pada 2030.
Saat ditanya mengenai kenÂdala proyek kereta cepat, Luhut menjelaskan, dari laporan MenÂteri Rini, ada beberapa hal menÂjadi perhatian khusus. Proyek ini hampir 81 km (kilometer) di jalan layang, kemudian mengÂgunakan terowongan sepanjang 20 km. Konsorsium sedang meÂnyiapkan teknologinya karena ada daerah rawan gempa.
Perhitungkan Risiko Pada kesempatan yang sama, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya mengatakan akan menindaklanjuti hasil rapat. Terutama terkait dengan batas waktu pembangunan, pendanaan hingga mengatur lalu lintas saat pembangunannya.
"Presiden meminta risiko-risiko apa pun itu harus diperhitungkan di awal. Ini kita mau bangun, maka semua harus dipersiapkan dengan baik," kata Budi Karya.
Seperti diketahui, proyek kereta cepat digarap PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Saham perusahaan ini dipeÂgang 60 persen dimiliki oleh PT Pilar Sinergi BUMN IndoneÂsia (PSBI) dan China Railway International 40 persen. PSBI adalah perusahaan gabungan dari empat BUMN, yaitu PT Kereta Api Indonesia (KAI), PT Wijaya Karya, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII, dan PT Jasa Marga.
Belum lama ini, Komisi PemÂbangunan dan Reformasi NaÂsional Partai Komunis China, dalam laporannya memandang semua proyek kereta China di sejumlah negara mengalami perkembangan positif, termasuk kereta cepat Jakarta Bandung.
Direktur Bisnis Asia
China Railway Group Limited (CREC) Li Jianping yakin, pembangunan proyek tersebut selesai sesuai jadwal pada akhir 2019.
"Proyeknya terus berjalan sesuai jadwal dan harapan pemerinÂtah kedua negara. Tahun ini kami memang fokus pada pembebasan lahan sebagai tahap persiapan konstruksi," ujar Li. ***
BERITA TERKAIT: