Sekretaris Jenderal Aprindo Solihin mengatakan, menjaÂmurnya bisnis ritel yang bernuÂansa agama seperti 212 Mart dan Kita Mart menandakan isu perleÂmahan daya beli mulai berangsur membaik. Diharapkan, maraknya ritel berbasis syariah bisa meÂnambah pilihan masyarakat unÂtuk berbelanja kebutuhan, bukan menjadi gesekan.
"Buat kami ini bagus, justru ini menandakan potensi pasar di Indonesia sangat pesat," kata Solihin kepada
Rakyat Merdeka di Jakarta, kemarin.
Maraknya ritel bernuansa agama tersebut tidak dianggap sebagai pesaing berat bagi AlfaÂmart cs. Pasalnya, selama ini ritel modern sudah terbiasa bersaing dengan sesama perusahaan lainÂnya. Cuma yang membedakan untuk 212 Mart dan sejenisnya adalah nuansa pendiriannya yang berbasis Syariah.
"Tidak ada masalah, ini bagus bagi pertumbuhan bisnis," kata pria yang juga menjabat
Corporate Affairs Director Alfamart ini.
Dia meyakini, promosi dan pendirian ritel berbasis syariah tidak akan mengurangi jumlah konsumen di ritel modern yang mainstream seperti Alfamart, Indomart, Giant, Superindo dan sebagainya. "Masyarakat simpel saja yang penting kebutuhannya bisa dipenuhi dengan cepat dan tepat," tegasnya.
Munculnya ritel Syariah, menurut dia, adalah hal yang unik sehingga menambah jenis ritel modern di Indonesia. NaÂmun, ini secara langsung juga memberikan peringatan bagi ritel senior untuk lebih baik daÂlam berbisnis. "Dengan adanya pesaing baru dengan beragam model bisnis ini akan menjadi pelajaran agar ritel lain bisa lebih baik," tutur dia.
Dia juga mengatakan, harga murah dalam bisnis ritel bukan satu-satunya daya tarik bagi masyarakat, apalagi selisih harga termurah bagi ritel amat tipis. Selain pertimbangan harga riÂtel mesti mempertimbangkan kenyamanan. "Murah bukan jadi pertimbangan utama, yang penting bagi masyarakat bisa terpenuhi," katanya.
Makanya, dia pede, ritel lama tetap lebih diminati ketimbang yang baru ini. Menang kalah dalam persaingan ritel selaÂma ini ditentukan oleh service dan terpenuhinya keinginan masyarakat.
"Bukan pesaing karena meÂnang kalah itu bagaimana kita memberikan pelayanan kepada masyarakat," terangnya.
Selain mampu memberikan service dan kenyamanan peritel juga mesti meraup keuntungan sesuai rencana keuangan. Saat ini perusahaan ritel yang tidak mampu bertahan penyebab utaÂmanya karena tidak mampu meningkatkan efisiensi. "Yang menang yang bisa memberikan pelayanan lebih baik kepada masyarakat dan bisa meningkatÂkan efisiensi," tuturnya.
Direktur Eksekutif KopÂerasi Syariah 212 Mart, Ahmad Juwaini mengakui saat ini jaringan mini market yang terÂinspirasi Aksi Bela Islam, 212 Mart terus menambah gerai di kota-kota besar.
"Kita bergabung dan bersatu membangun kekuatan ekonomi umat, salah satunya di bidang ritel ini," tegasnya.
Hingga saat ini, lanjut dia, 212 Mart baru memiliki 18 geÂrai. Usaha ini rencananya bakal mengembangkan bisnis bukan hanya di Jabodetabek, Cirebon, Magelang dan Medan.
"Banyak sekali yang inÂgin kami buka. Jadi kita ini setidaknya satu bulan minimal lima toko baru," tukasnya.
Selain itu, ada yang berbeda pula di gerai 212 Mart. Ketika azan berkumandang, 212 Mart akan otomatis tutup selama 15 menit untuk memberikan kesÂempatan kepada pegawai dan pembeli menunaikan salat di awal waktu. ***
BERITA TERKAIT: