RI Berpeluang Jadi Pasar E-Commerce Terbesar ASEAN

Jika Masalah Logistik & Keamanan Internet Dituntaskan

Jumat, 26 Agustus 2016, 09:08 WIB
RI Berpeluang Jadi Pasar E-Commerce Terbesar ASEAN
Foto/Net
rmol news logo Indonesia berpeluang menjadi pasar e-commerce terbesar di ASEAN dengan pertumbuhan hingga 81 miliar dolar AS atau Rp 1.071 triliun sebelum 2025. Namun, hal itu akan sulit tercapai jika hambatan logistik hingga cybersecurity tidak diselesaikan pemerintah.

Demikian hasil riset Google dan Temasek yang diterbitkan, kemarin. Riset tersebut bertema­kan e-conomy SEA: Unlocking the $200 billion opportunity dolar opportunity in Sountheast Asia.

Managing Director Google Indonesia Tony Keusgen men­gatakan, riset itu menyoroti Indonesia sebagai salah satu populasi pengguna internet yang berkembang pesat. Peng­gunaan internet di Indonesia tumbuh 19 persen per tahun.

"Pengguna internet internet di Indonesia diproyeksi mencapai 215 juta sebelum 2020 dari 92 juta di tahun 2015," ujarnya.

Google Indonesia dan Te­masek menggelar diskusi men­genai industri e-commerce di Indonesia di Hotel Fairmont Ja­karta, kemarin. Selain Managing Director Google Indonesia Tony Keusgen, acara itu juga dihadiri CEO Gojek Nadiem Makarim, CEO MatahariMall.com Hadi Wenas, dan CMO Traveloka.com Dannis Muhammad.

Menurut Keusgen, momen­tum menarik ini merupakan kabar baik bagi pebisnis lokal di Indonesia. "Pasar online In­donesia siap meledak dalam 10 tahun sampai 81 miliar dolar AS sebelum 2025," tuturnya.

Peluang e-commerce di In­donesia mencapai 52 persen dari bisnis online di ASEAN menjelang 2025. Pertumbuhan ini didorong oleh populasi kelas menengah yang besar dan pen­ingkatan akses ke internet. "Be­sar pasar akan tumbuh 39 persen per tahun dari 17 miliar dolar AS di 2015 menjadi 46 miliar dolar AS di 2025," tambahnya.

Dalam riset tersebut, peluang industri travel online juga akan semakin besar. Indonesia diper­kirakan menjadi pasar terbesar untuk hotel dan penerbangan di ASEAN pada 2025. Keusgenbi­lang, peluang industri jasa trans­portasi online juga akan besar.

Riset ini juga menyoroti In­donesia yang merupakan tem­pat menarik memulai start up. Indonesia sudah menjadi tuan rumah terbesar dengan 2033 start up. Jumlah tersebut lebih besar dari Singapura yang hanya 1850 start up.

Menurutnya, hasil riset terse­but tidak akan terealisasi jika masih ada hambatan yang tidak diselesaikan. "Indonesia butuh menangani sejumlah tantangan kunci termasuk logistik dan konektivitas, rumitnya pemba­yaran, kesiapan pasar, penipuan dan cyber security," tukasnya.

Kurangi Pajak

CEO Gojek Nadiem Maka­rim, menyambut baik hasil riset tersebut. Menurutnya, hasil riset tersebut bisa dijadikan bahan evaluasi agar industri e-commerce semakin berkembang. "Pasar kita akan semakin besar," ujarnya.

Ia mengatakan, peluang pasar e-commerce Indonesia sangat luar biasa, seiring penetrasi internet yang semakin tinggi. Namun, hal ini butuh dukungan pemerintah berupa pengurangan pajak.

Dukungan tersebut lebih pent­ing ketimbang menutup pasar dari investor asing. "Tak usah menghadang pemain luar negeri, tetapi bantu yang ada di dalam negeri. Lihat saja semua start up yang bsukses di Indonesia semuanya mengambil uang dari luar negeri. Tidak ada satu pun yang menunggu duit dari dalam negeri," ungkap Nadim.

Hal senada diungkapkan CEO MatahariMall.com Hadi Wenas. Menurutnya, tidak menutup kemungkinan e-commerce In­donesia bisa menggapai target optimistis jika turut memperhi­tungkan transaksi perjalanan.

Wenas melihat, setidaknya ada tiga masalah utama yang harus dipecahkan oleh segenap pihak demi terpenuhinya target-target optimistis bagi pasar e-commerce.

"Standar mungkin jawaban­nya. Ada persoalan pembayaran, logistik, dan jejaring pasokan," kata Wenas.

Menurutnya, tiga masalah tersebut sangat mungkin dipecah­kan dalam waktu bersamaan. Namun, bukan hanya melibatkan pelaku industri e-commerce se­mata. Melainkan juga pemerintah dan penyedia jasa keuangan.

"Ketiganya harus bergerak sin­ergi untuk menuntaskan tiap-tiap persoalan," pintanya.

Perkara pembayaran misalnya, menurut Wenas, menjadi tugas penyedia jasa keuangan untuk mempercepat edukasi penggu­naan transaksi keuangan non tunai supaya makin merata. Sementara urusan logistik menjadi bagian pemerintah untuk menggenjot pembangunan infrastruktur agar arus pengiriman barang lebih lancar dan murah. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA