"Isu tindakan kriminal sangat sulit diungkapkan. Di daratan saja susah ditangani, apalagi kasus di laut," kata Chief of Mission IOM Indonesia, Mark Getchell dalam acara workshop ASEAN Conference on Human Trafficking and Force Labor in Fishing Industry, di Hotel Aryaduta, Jakarta, Senin, (15/8).
Menurut Mark, dibutuhkan kerja sama antarnegara maritim, terutama untuk melindungi para korban kejahatan traficking, yang rata-rata adalah anak buah kapal (ABK). Ia mencatat, negara-negara di Asia paling banyak menjadi korban perbudakan.
"Kemungkinan 48,5 juta korban di dunia, dua pertiga di antaranya berasal dari Asia. Dan siapa saja korban-korban ini, pastinya dari negara yang paling rentan, kebanyakan dari negara-negara yang tidak baik kondisi ekonominya," jelasnya.
Negara dengan ekonomi lemah sangat rentan ditarik dalam perdagangan orang, tambah Mark.
ASEAN Conference on Human Trafficking and Forced Labor in Fishing Industry ditujukan untuk menyediakan ruang bagi diskusi strategis dan kerjasama antara aparat penegak hukum, pejabat kementerian ketenagakerjaan, imigrasi, kelautan dan perikanan, serta sektor swasta yang di kawasan ASEAN dalam menanggulangi tantangan-tantangan yang disebabkan oleh praktek IUU Fishing.
[wid]
BERITA TERKAIT: