Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto, menyebut dua lapangan ini memiliki cadangan sekitar 5 miliar barel. "Agar bisa merealisasikan rencana ini, Pertamina telah membuat kesepakatan dengan
National Iranian Oil Company (NIOC). Pertamina menargetkan awal tahun depan sudah bisa mengajukan kontrak kepada NIOC," ujar Dwi Soetjipto.
Dilanjutkannya, proposal pengembangan akan diajukan pada Februari 2017. Pertamina berharap semua proses bisa berjalan sesuai target yang ditenggat.
Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro menambahkan, kedua lapangan itu sejatinya lapangan yang sudah berproduksi. Misalnya lapangan Ab-Teymour menghasilkan minyak masing-masing sebesar 60.000 barel oil per day (BOPD).
"Namun untuk tahap awal, kami targetkan sama seperti lapangan overseas lainnya sekitar 30.000 BOPD per tahun," kata Wianda.
Berdasarkan nota kesepahaman ini, Pertamina memiliki waktu enam bulan untuk melakukan studi dan menyampaikan proposal pengembangan kedua lapangan onshore itu.
Selain mengelola lapangan migas, lanjutnya, banyak peluang mengembangkan kerjasama seperti pengadaan minyak mentah dan kondensat, pengelolaan kilang LNG, dan petrokimia.
"Pertamina juga telah menyepakati pasokan
liquefied petroleum gas (LPG) dari Iran. Rencananya pengapalan perdana LPG ke Indonesia mulai September 2016. Upaya Pertamina mencari sumber minyak di luar negeri bertujuan agar bisa mencukupi kebutuhan energi nasional," kata Wianda.
Sebelumnya pada 1 Agustus 2016, Pertamina juga telah menandatangani pembelian 24,53 persen saham Pacifico di Maurel & Prom. Saham yang terdaftar di Bursa Perancis tersebut, dibeli Pertamina dengan harga 4,20 euro per saham, ditambah premium sebesar 0,5 euro per saham. Pembayaran premium dapat dilakukan apabila pada kurun waktu 1 Januari 2017 hingga 31 Desember 2017, harga minyak mentah Brent stabil di atas 65 dolar per barel sepanjang 90 hari kalender berturut-turut. Penyelesaian transaksi tersebut bergantung pada persetujuan regulator dan otoritas terkait. ***
BERITA TERKAIT: