"Konsumsi masyarakat meÂmang merupakan pendorong pertumbuhan ekonomi. Tapi untuk percepatan ekonomi, kuncinya investasi," ujar Bambang di Jakarta, kemarin.
Dia mengajak para investor bisa segera move on dari industri berbasi sumber daya alam. Apalagi, sejak 2013 harga komoditas belum mengalami perbaikan hingga sekarang.
"Kalau Indonesia ingin berÂjaya, kita harus berdoa agar ada booming (harga komoditas) lagi. Tapi kan nggak mungkin kita berdoa terus. Kita harus siap lepas, dan jangan terlalu berÂgantung dengan komoditas. Kita harus cari sumber pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," imbuh Bambang.
Namun demikian, Bambang menekankan, meskipun ekspor komoditas mengalami peleÂmahan, bukan berarti pelaku usaha harus angkat koper, dan meninggalkan sektor tersebut. Karena, pemerintah juga memÂbutuhkan pertumbuhan sektor pemanfaat sumber daya alam. Tetapi, investasi harus dilakukan dengan cermat. Salah satunya, bidang energi.
Menurutnya, sektor energi selama ini masih belum dikelola dengan baik oleh pemerintah. Dan, kini pemerintah membuÂtuhkan investasi.
Bambang menuturkan, pemerintah ingin ke depan memiliki banyak alternatif investasi pada berbagai sektor. Untuk sektor energi, pemerintah akan memÂberikan kemudahan perizinan dan berinvestasi.
"Kita harapkan sektor energi bisa menggeliat. Dulu juga perÂnah raja kayu. Lalu juga ada manufaktur. Setelah itu muncul batubara dan sawit. Kita harapÂkan nanti akan banyak lagi yang dapat menjadi tujuan investasi," tutur Bambang.
Untuk sektor industri, dia menilai, industri makanan dan minuman (mamin) memiliki poÂtensi yang bagus di Indonesia. Dan dia percaya sektor ini akan terus berkembang. Hal tersebut bisa dilihat dari banyak investor asing yang yakin, menggelÂontorkan modalnya di sektor mamin di banyak negara.
Dia mencontohkan Indofood, yang sudah menjadi pemain besar industri mamin di dunia. PerusaÂhaan ini telah memiliki pabrik di berbagai dunia, antara lain Sudan, Nigeria, dan Arab Saudi.
"Misalnya juga ada orang Arab jatuh cinta dengan Indomie. Ini sudah menjadi andalan seperti kopi Kapal Api, Kacang Garuda juga. Jadi ini membuktikan sekÂtor makanan dan minuman lebih baik," tegasnya.
Sekadar informasi, selama ini Indonesia masih bergantung pada ekspor bahan komoditas. Hingga saat ini harga bahan komoditas masih bergejolak, dan berdampak pada pelemaÂhan ekonomi global, termasuk Indonesia. Akibatnya, sekÂtor yang menjadi tumpuan ekonomi Indonesia pun turut terpengaruh. Keadaan ini berÂdampak pada sulitnya IndoneÂsia mencapai target pertumbuÂhan ekonomi. ***
BERITA TERKAIT: