Tahun Depan, Indonesia Tidak Impor BBM Lagi

Senin, 30 November 2015, 15:48 WIB
Tahun Depan, Indonesia Tidak Impor BBM Lagi
ilustrasi/net
SELAMA bertahun-tahun, Indonesia terjebak impor BBM. Tapi, kabar segar berembus dari Cilacap akhir pekan lalu. Saat meresmikan pengoperasian kilang RFCC, Wapres Jusuf Kalla yakin, tahun depan Indonesia bisa terbebas dari impor BBM. Kilang RFCC atau Residual Fluid Catalytic Cracking, fungsinya meningkatkan kualitas dan produksi BBM.
         
Di Cilacap, Wapres JK didampingi Menteri ESDM Sudirman Said dan Menteri BUMN Rini Soemarno. Mereka datang bersama dalam satu pesawat. Sedangkan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti terlihat datang duluan ke lokasi acara beberapa saat sebelum rombongan wapres masuk. Tampilan Susi cuek. Mengenakan baju panjang dan bersepatu kets warna hitam. Begitu masuk ke areal peresmian, hadirin spontan memberinya tepuk tangan meriah. Susi tampak ngobrol akrab sekali dengan Presiden President and CEO Saudi Aramco Amin al-Nasser dan Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Musthafa Ibrahim al Mubarak. Sambil berdiri, ketiganya berbicara, dan sesekali tertawa lepas.
         
Setelah kilang baru ini beroperasi, maka Pertamina bisa mendapatkan tambahan produksi premium sebesar 30 ribu barrel perhari. Jika ditambah dengan kilang TPPI yang sudah beroperasi sebelumnya, maka total produksi premium sebesar 73,55 ribu barrel perhari atau 2,2 juta barrel perbulan.
         
Menurut Dirut Pertamina Dwi Soetjipto, rata-rata Indonesia Impor BBM perbulan sekitar 9 juta barrel perbulan. Sehingga, dengan beroperasinya kilang RFCC dan TPPI, maka bisa mengurangi biaya impor sampai 25 persen. Kalau kapasitas kilang-kilang terus diperbaharui, dan kilang-kilang baru dibangun, maka Wapres yakin, tahun depan Indonesia akan stop impor BBM.

"Pemerintah mendukung penuh upaya-upaya bagi terwujudnya kemandirian energi nasional, di antaranya melalui peningkatan produksi BBM di dalam negeri untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat. Secara bertahap Indonesia harus dapat mengurangi impor BBM, bahkan dengan terus bertambahnya kapasitas kilang sebagaimana telah dan akan dilaksanakan Pertamina ke depan, kami optimistik Indonesia dapat terbebas sama sekali dari impor BBM,” kata Wapres.

Kilang RFCC telah dimulai sejak September 2011, dengan nilai proyek 846 juta USD. Proyek ini, menurut Dwi Soetjipto, adalah hasil karya anak bangsa. Sekitar 8.700 orang terlibat di dalamnya, dan 95 persen adalah putra putri Indonesia. Yang hebat, jika umumnya, sebuah kilang RFCC memerlukan waktu 3-6 hari untuk menghasilkan produk, maka di kilang RFCC Cilacap, hanya dalam waktu 24 jam sudah keluar produk yang stabil. Bahkan, saat diresmikan, kilang sudah bisa beroperasi 100 persen, atau full capacity.

Mengenai kerjasama dengan Aramco, nama proyeknya adalah Langit Biru Cilacap. Ini adalah program pengembangan kilang yang sudah ada. Dengan tujuan, meningkatkan kapasitas produksi dari 345 ribu barrel perhari menjadi 370 ribu barrel perhari. Serta meningkatkan kualitas BBM menjadi setara pertamax 92. Nilai investasinya 5,5 miliar USD. Pertamina dan Saudi Aramco akan melaksanakan site preparation dan basic engineering design pada tahun depan. Apabila front end engineering design tuntas pada 2017, maka kilang baru ini akan beroperasi akhir tahun 2021. [***]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA