Ketua Umum Gabungan PenÂgusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono mengaÂtakan, presiden meminta pelaku usaha untuk meningkatkan ekÂspor produk sawit untuk menÂingkatkan meningkatkan devisa dan kesejahteraan petani.
"Cara meningkatkan ekspor dan kesejahteraan petani adaÂlah dengan mengembangkan perkebunan kelapa sawit di perÂbatasan," ujarnya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Menurut dia, program tersebut berpotensi menyerap 240 ribu tenaga kerja baru. Supaya pengemÂbangan perkebunan kelapa sawit di perbatasan ini berjalan sesuai yang diharapkan, maka harus diterapÂkan model inti-plasma. "Apabila program ini terlaksana, akan meÂlibatkan 150 ribu kepala keluarga petani plasma," katanya.
Dari sisi ekonomi, kata dia, akan menambah produksi sawit nasional. Sehingga Indonesia makin mengukuhkan diri sebagai negara produsen sawit terbesar di dunia. "Ini akan mendukung kepemimpinan kita dalam perdaÂgangan global produk sawit dalam jangka panjang," kata Joko.
Dia menambahkan, pengemÂbangan perkebunan kelapa sawit di perbatasan akan membuka wilayah pertumbuhan ekonomi baru. Dampaknya, akan menduÂkung pertahanan dan keamanan negara.
Untuk diketahui, lesunya harga ternyata tidak cukup untuk menaiÂkkan volume ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia. Sepanjang Februari 2015, volume ekspor CPO dan turunannya menurun sebesar 1 persen atau dari 1,8 juta ton di Januari berkurang menjadi 1,79 juta ton pada Februari.
Sebelumnya, Presiden Jokowi mengatakan, pemerintah ingin meningkatkan kesejahteraan para petani. Dia mengatakan, untuk meningkatkan kesejahterÂaan ini, maka pemerintah telah mempersiapkan lahan yang sangat besar yang akan diberikan kepada petani di luar Jawa.
"Saya ingin mendapatkan masukan karena (petani) inti dan (petani ) plasma itu sangat penting," ujarnya. ***