"Pemerintah memiliki rencana pembangunan pelabuhan akan digeser ke timur. Jepang tentu berharap itu tetap bisa dilakukan. Kalau Indonesia hendak dijadikan basis ekspor memang butuh pelabuhan. Jadi kalau digeser ke timur, Jepang tetap minat," kata Duta Besar Indonesia untuk Jepang, Yusron Ihza Mahendra, usai mengikuti pertemuan antara Ketua Keidanren Jepang Sadayuki Sakakibara dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Istana Wapres di Jakarta, kemarin.
Yusron meluruskan isu yang menyebutkan bahwa perubahan rencana Pembangunan Cilamaya untuk menghindari persaingan dengan Pelabuhan Tanjung Priok. "Itu tidak relevan. Penggeseran rencana pelabuhan itu murni karena masalah keamanan infrastruktur gas milik Pertamina dan juga masalah pertanian," kata Yusron.
Dia berharap, rencana pembangunan pelabuhan dapat segera terealisasi sebab produsen otomotif asal Jepang terus melakukan ekspansi dan investasi. Menurutnya, kalau Indonesia ingin dijadikan basis ekspor maka sudah seharusnya disambut dengan ketersedian pelabuhan baru.
Yusron menerangkan, dalam pertemuan dengan Wapres, Ketua Keidanren Jepang tidak hanya bicara soal pembangunan pelabuhan saja, tetapi juga proyek kerja sama lain seperti pembangkit listrik, perumahan dan transportasi. Pemerintah ke Indonesia untuk kembali melakukan penjajakan.
"Dalam waktu dekat, Mei, ada dua misi lagi yang datang ke Indonesia. Salah satunya Japinda (Asosiasi Persahabatan Jepang-Indonesia) yang dipimpin mantan PM Jepang Fukuda," tuturnya.
Yusron optimistis investasi Jepang di Indonesia akan terus meningkat. Pasalnya, minat para pebisnis Jepang investasi di negerinya sendiri sudah kurang bergairah. Investasi di dalam negeri Jepang sudah mencapai titik jenuh. Lebih dari 20 tahun lalu, bunga bank di Jepang 0 persen sehingga lebih baik menggunakan uang untuk berinvestasi dibandingkan dengan menyimpannya di bank.
"Kondisi di Jepang peluang untuk Indonesia mendapatkan investasi. Peluang itu tergantung Indonesia, apakah bisa membuat mereka merasa aman dan nyaman berinvestasi atau tidak," cetus Yusron.
Sebelumnnya, Direktur Utama PTPelindo II (Persero) RJ Lino menilai, pemerintah akan kesulitan mendapatkan investor untuk membiayai proyek pelabuhan baru yang akan dibangun pemerintah di Subang atau Indramayu sebagai pengganti Cilamaya. "Kalau mau ditawarin ke swasta, mana ada yang mau. Karena, kita sudah bangun di Cirebon. Investor akan lebih tertarik dengan Pelabuhan Cirebon," kata Lino.
Lino menyebutkan, pihaknya telah menganggarkan setidaknya Rp 2 triliun untuk mengembangkan pelabuhan Cirebon. Dia menargetkan pembangunannya dua tahun lagi selesai. ***