Organda Ancam Kerek Tarif

Pertamina Mau Naikin Harga BBM

Rabu, 18 Maret 2015, 08:33 WIB
Organda Ancam Kerek Tarif
ilustrasi
rmol news logo Rencana Pertamina menaikkan harga premium lagi karena biaya produksi melonjak, dipotes Organda. Para pengusaha angkutan umum itu mengancam menaikkan tarif.

Sekretaris Jenderal Or­ganisasi Pengusaha Angkutan Darat (Organda) Andriansyah mengatakan, saat ini bukan saat yang tepat menaikkan harga BBM karena akan semakin me­nambah beban pengusaha dan masyarakat.

Seharusnya, dia bilang, dengan kondisi ekonomi yang se­dang tertekan dengan anjloknya rupiah, tetap mempertahankan harga BBM. "Ini untuk menjaga daya saing dan menahan kenai­kan harga," katanya, kemarin.

Dia juga mengatakan, kenai­kan itu akan mencekik para operator transportasi umum. Menu­rut dia, harga BBM berkontribusi pada besarnya biaya operasional angkutan umum 35â€"37 persen dan biaya pemeliharaan suku cadang hingga 26 persen.

Menurutnya, jika pemerintah tetap menyesuaikan harga BBM, maka akan mendorong penyesuaian tarif angkutan umum. Ini tentu akan menambah beban masyarakat. "Na­mun kenaikan tetap harus melalui kajian dulu," katanya.

Hal senada disampaikan oleh Direktur Institute For Develop­ment of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati. Enny menolak rencana kenaikan harga BBM saat ini. Meskipun dia tidak menampik, melemahnya rupiah berdampak pada beban Pertamina.

Dia bilang, kenaikan BBM justru akan semakin memberatkan masyarakat. Pasalnya, kata Enny, naiknya harga BBM otomatis akan membuat har­ga bahan kebutuhan pokok ikut melambung. "BBM punya dampak signifikan terhadap kebutuhan pokok. Harga bakal naik," kata Enny.

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan, pemerintah harus turun tangan dalam penentuan tarif angkutan umum. Menu­rut dia, tarif angkutan jangan tergantung pada harga BBM. Pasalnya, saat ini pemerintah sudah melepaskan harga BBM ke mekanisme pasar.

"Harus ada kebijakan tarif tan­pa tergantung harga BBM supaya tidak memberatkan masyarakat dan merugikan pengusaha ang­kutan," katanya.

Dia bilang, jika tarif angku­tan masih bergantung kepada harga BBM, maka tarifnya akan berubah-ubah dan membingung­kan masyarakat.

Terkait dengan harga BBM, dia menyarankan pemerintah lebih hati-hati dengan fluktuasi harga BBM. Menurutnya, pemerintah sebaiknya menetapkan harga keekonomian BBM tanpa terpaku pada harga pasar. Dengan begitu, masyarakat tidak gelisah akan naik turunnya harga BBM.

Sebelumnya, Senior Vice President Fuel Marketing and Distribution Pertamina Suhar­toko mengatakan, nilai tukar erat kaitannya dengan fluktuasi harga minyak dunia. Saat ini harga minyak mentah masih naik turun. Harga tertinggi masih di kisaran 54 dolar AS per barel.

Menurut dia, harga terse­but sebenarnya masih relatif rendah. Namun, melemahnya nilai tukar rupiah membuat biaya pembelian untuk impor minyak mentah membengkak. "Premium mestinya juga naik. Sekarang posisinya sudah rugi," ujar Suhartoko. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA