Kepala Sub Direktorat BudiÂdaya Aneka Kacang dan Umbi Kementan Rita Mezu mengatakan, pihaknya tengah menyusun sebuah aturan yang mendorong penyerapan kedelai lokal.
Menurut dia, pihaknya sudah mengajukan usulan kepada BaÂdan Ketahanan Pangan (BKP) untuk kebijakan importir memÂbeli kedelai lokal minimal sebesar 10 persen. "Selama ini impor kedelai terlalu bebas dan tidak ada batasan. Produksi kedelai lokal seperti menjadi penyangga saja," katanya, di Jakarta, kemarin.
Selain itu, kata dia, pihaknya juga meminta supaya Perum Bulog untuk memaksimalkan serapan kedelai dari petani. Pasalnya, hingga kini Bulog masih rendah menyerap kedeÂlai petani. "Dalam aturannya 10 persen, tapi realisasinya hanya sekitar 8 persen," ujarnya.
Nanti, kata dia, importir bisa membeli kedelainya satu pintu di Bulog.
Untuk diketahui, produksi kedelai tahun lalu melonjak 22,3 persen menjadi 953.956 ton dari 779.992 ton dibandÂingkan sebelumnya. SedangÂkan tahun ini produksi kedelai diperkirakan mencapai mencaÂpai 1,2 juta ton dari kebutuhan 2,2 juta ton. Kenaikan produksi ini terjadi karena luas panen dan produktivitas mengalami kenaikan.
Selain itu, kata Rita, untuk meningkatkan penyerapan kedelai lokal, pihaknya menÂgusulkan tarif bea masuk (BM) kedelai 27 persen. Angka ini lebih besar dibandingkan usuÂlan sebelumnya 10 persen.
Menurutnya, selama dua tahun sejak 2013, BM kedelai 0 persÂen dengan potensi kehilangan pendapatan negara mencapai Rp 35,78 miliar. "Tujuannya agar serapan kedelai dalam negeri juga tinggi. Supaya petani lokal juga untung," jelasnya.
Kementan, kata dia, juga mengusulkan penetapan harga pembelian kedelai di tingkat petani tahun ini naik menjadi Rp 8 500 per kilogram (kg) dari harga saat ini Rp 7.700 per kg.
Untuk diketahui, akibat loyonya rupiah membuat para pengrajin tahu dan tempe rugi. Pasalnya harga kedelai impor melonjak.
Ketua Umum Gabungan KoÂperasi Produsen Tempe-Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mengatakan, harga kedelai di pasaran sudah naik akibat loyonya rupiah. "Dulu harganya rata-rata Rp 7500 per kg, sekarang harganya sudah tembus sekitar Rp 12 ribu per kg," ujarnya. ***