Importir Wajib Serap Kedelai Lokal 10 Persen

Tingkatkan Kesejahteraan Petani

Rabu, 18 Maret 2015, 08:00 WIB
Importir Wajib Serap Kedelai Lokal 10 Persen
ilustrasi
rmol news logo Kementerian Pertanian (Kementan) meminta importir untuk membeli 10 persen kede­lai lokal. Hal ini untuk mening­katkan kesejahateraan petani.

Kepala Sub Direktorat Budi­daya Aneka Kacang dan Umbi Kementan Rita Mezu mengatakan, pihaknya tengah menyusun sebuah aturan yang mendorong penyerapan kedelai lokal.

Menurut dia, pihaknya sudah mengajukan usulan kepada Ba­dan Ketahanan Pangan (BKP) untuk kebijakan importir mem­beli kedelai lokal minimal sebesar 10 persen. "Selama ini impor kedelai terlalu bebas dan tidak ada batasan. Produksi kedelai lokal seperti menjadi penyangga saja," katanya, di Jakarta, kemarin.

Selain itu, kata dia, pihaknya juga meminta supaya Perum Bulog untuk memaksimalkan serapan kedelai dari petani. Pasalnya, hingga kini Bulog masih rendah menyerap kede­lai petani. "Dalam aturannya 10 persen, tapi realisasinya hanya sekitar 8 persen," ujarnya.

Nanti, kata dia, importir bisa membeli kedelainya satu pintu di Bulog.

Untuk diketahui, produksi kedelai tahun lalu melonjak 22,3 persen menjadi 953.956 ton dari 779.992 ton diband­ingkan sebelumnya. Sedang­kan tahun ini produksi kedelai diperkirakan mencapai menca­pai 1,2 juta ton dari kebutuhan 2,2 juta ton. Kenaikan produksi ini terjadi karena luas panen dan produktivitas mengalami kenaikan.

Selain itu, kata Rita, untuk meningkatkan penyerapan kedelai lokal, pihaknya men­gusulkan tarif bea masuk (BM) kedelai 27 persen. Angka ini lebih besar dibandingkan usu­lan sebelumnya 10 persen.

Menurutnya, selama dua tahun sejak 2013, BM kedelai 0 pers­en dengan potensi kehilangan pendapatan negara mencapai Rp 35,78 miliar. "Tujuannya agar serapan kedelai dalam negeri juga tinggi. Supaya petani lokal juga untung," jelasnya.

Kementan, kata dia, juga mengusulkan penetapan harga pembelian kedelai di tingkat petani tahun ini naik menjadi Rp 8 500 per kilogram (kg) dari harga saat ini Rp 7.700 per kg.

Untuk diketahui, akibat loyonya rupiah membuat para pengrajin tahu dan tempe rugi. Pasalnya harga kedelai impor melonjak.

Ketua Umum Gabungan Ko­perasi Produsen Tempe-Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mengatakan, harga kedelai di pasaran sudah naik akibat loyonya rupiah. "Dulu harganya rata-rata Rp 7500 per kg, sekarang harganya sudah tembus sekitar Rp 12 ribu per kg," ujarnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA