Kepala BPS Suryamin mengaÂtakan, nilai impor pada Februari 2015 jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya mengaÂlami penurunan 16,24 persen atau sekitar 11,55 miliar dolar AS.
Menurut dia, secara keseluÂruhan impor migas mengalami penurunan. Namun, jika dilihat lebih detail, yang menurun hanya impor minyak, sedangÂkan impor gas malah melonjak. "Impor gas meningkat sebesar 16,49 persen," ujar Suryamin di kantornya, kemarin.
Kondisi ini tentu sangat terbalik dengan kondisi Indonesia yang memiliki banyak ladang migas.
Suryamin mengatakan, impor migas Februari juga mengalami penurunan jika dibandingkan dengan Januari. "Impor minÂyak mentah turun sebesar 19,7 persen. Demikian juga untuk impor hasil minyak turun 22,01 persen," tuturnya.
Sementara, Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana mengatakan, untuk meningkatkan nilai tukar rupiah, pemerintah bakal meÂnekan impor solar dengan cara mewajibkan 15 persen campuran bahan bakar nabati (BBN) dalam tiap liter solar.
Menurut Rida, aturan ini bisa menghemat angka impor solar 1,3 miliar dolar AS - 2 miliar dolar AS tahun ini. Aturan ini akan berlaku mulai April 2015. "Kalau mulai Januari, bisa hemat 2,5 miliar dolar AS," katanya.
Menurutnya, kapasitas produksi biodiesel Indonesia mencapai 5,8 juta kiloliter per tahun. Bila aturan tersebut ditÂerapkan, maka akan terserap 5,3 juta kiloliter. "Jadi secara kapasitas masih cukup besar. Itu baik untuk transportasi maupun industri. Tahun lalu 3,4 juta kiloliter," kata Rida. ***