Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro mengatakan, pihaknya siap menghadapi dampak terburuk dari memanasnya hubungan Indonesia dan Australia dengan dihentikannya impor daging oleh negeri Kanguru itu.
"Kita tidak masalah jika diÂhentikan pasokan daging oleh mereka (Australia)," ujarnya kepada
Rakyat Merdeka, keÂmarin.
Menurut dia, pihaknya seÂdang berkonsentrasi meningkatkan jumlah daging lokal supaya bisa mencukupi kebuÂtuhan dalam negeri.
Dia mengatakan, Indonesia sudah berpengalaman denÂgan boikot perdagangan dagÂing oleh Australia. Syukur mencontohkan, pada 2011, negeri Kanguru itu juga perÂnah memboikot dan melarang pengusahanya menjual daging ke Indonesia. "Ternyata kita siap menghadapinya dan petani mereka mengalami kerugian," ujarnya.
Karena itu, kata dia, peÂmerintah Australia akhirnya membolehkan ekspor daging lagi ke Indonesia. "Kita sendiri tidak rugi, malah itu akan menÂdorong peternak dalam negeri untuk meningkatkan kerjanya," kata Syukur.
Dia mengatakan, kini pemerÂintah mulai menjajaki kerjas ama impor dengan Selandia Baru. Langkah ini dilakukan unÂtuk mengantisipasi jika sewaktu-waktu hubungan dagang antar negara terganggu. "Negosiasi saat ini tengah dilakukan dengan Selandia Baru. Kita tidak rugi apa-apa kok jika Australia menghentikan pengiriman ke Indonesia," katanya.
Ditanya kapan Indonesia benar-benar bisa swasembada daging, Syukur mengatakan, tergantung kebijakan pemerÂintah. Menurutnya, pada saat pemerintah menerapkan sistem kuota impor daging banyak investor yang tertarik berÂinvestasi peternakan sapi di dalam negeri.
Namun, ketika sistem imÂpornya berubah menggunakan panduan harga, investasi di sektor pertanian berkurang.
Untuk diketahui, KementeÂrian Perdagangan (Kemendag) mengeluarkan izin impor sapi bakalan sebanyak 100.00 ekor untuk kuartal I-2015. Impor sapi bakalan dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan di wilayah Jabodetabek dan sebagian Sumatera Utara. SeÂdangkan kebutuhan di wilayah lain di Indonesia sudah dapat dipenuhi oleh pasokan sapi lokal. ***