Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengatakan, pemerintah tidak mempunyai
grand deÂsign untuk mempersiapkan diri menghadapi persaingan dagang dengan negara-negara ASEAN. Dengan berlakunya pasar bebas ASEANakhir tahun ini, IndoÂnesia hanya akan menjadi pasar bagi negara-negara ASEAN.
"Artinya, pasar kita akan habis karena tidak siap menghadapi serangan produk-produk muÂrah buatan Thailand, Vietnam, maupun Malaysia dan negara lainnya," katanya kepada
Rakyat Merdeka, kemarin.
Menurut dia, saat pasar bebas ASEAN belum berlaku saja, Indonesia sudah mengalami deÂfisit perdagangan dengan negara ASEAN lainnya. Apalagi nanti jika sudah dibuka selebar-lebarnya. "Bukan saja defisit neraÂca perdagangan makin melebar, tapi indikator lainnya juga akan menjadi buruk," jelasnya.
Sebenarnya, kata dia, jika pemerintah punya kemauan untuk lebih siap menghadapi liberalisasi, bisa dikebut dari sekarang. "Tetapi kemauan saja tidak cukup mengubah, harus ada aksi nyata juga," katanya.
Hal senada disampaikan pengamat ekonomi dari UniversiÂtas Gadjah Mada (UGM) Akhmad Akbar Susamto. Dia menilai, Indonesia belum sepenuhnya siap menghadapi pasar bebas ASEAN karena struktur industri dan perdaÂgangannya belum siap.
"Struktur industri dan perdaÂgangan Indonesia belum menÂdukung ikut dalam pasar bebas ASEAN. Terbukti, daya saing Indonesia hanya menempati urutan 47 dari 50 negara dengan perekonomian terbesar di dunia, sementara Malaysia berada di peringkat 29, Thailand 34, dan Vietnam 41," katanya.
Dia menambahkan, dengan performa daya saing yang renÂdah, sulit bagi Indonesia unÂtuk menghadapi pasar bebas ASEAN.
"Apalagi pemerintah selama ini mengabaikan sektor produkÂtif," tegas Ahmad. ***