"Kita targetkan di tengah ketidakpastian global saat ini pertumbuhan industri bisa tumbuh 6,1 hingga 6,8 persen," ujar Menteri PerinÂdustrian (Menperin) Saleh Husin saat membuka rapat kerja Kementerian Industri (Kemenperin) 2015 di JaÂkarta, kemarin.
Saleh mengatakan, tahun ini pihaknya juga menargetÂkan menyerap tenaga kerja sektor industri 15,5 juta orang dan ekspor sektor indusÂtri mencapai 67,3 persen. Menurut dia, saat ini tren perÂtumbuhan industri cenderung mengalami peningkatkan dan selalu di atas pertumbuhan ekonomi. Misalnya pertumbuÂhan industri pengolahan non migas hingga triwulan III 2014 mencapai 5,30 persen. "PerÂtumbuhan ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi tahun lalu sebesar 5,11 persen," ucapnya.
Saleh menjelaskan, cabang-cabang industri yang mengaÂlami pertumbuhan tertinggi antara lain industri barang lainnya 10,77 persen, industri makanan minuman dan temÂbakau 8,80 persen, industri barang kayu dan hasil hutan lainnya 7,27 persen serta industri kertas dan barang cetakan 6,02 persen.
Politisi Partai Hanura itu mengatakan, kontribusi sekÂtor industri pengolahan non migas mencapai 20,65 persen dari total produk domestik bruto (PDB) nasional dan tertinggi dibanding sektor-sektor lainnya.
Sedangkan nilai ekspor inÂdustri non migas pada Januari-Oktober 2014 mencapai 98,43 miliar dolar AS atau 66,48 persen dari total ekspor nasional.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan sejak 2011 target pertumÂbuhan ekspor lima persen tidak pernah tercapai. Realisasi pertumbuhan hanya di kisaran satu persen, bahkan sekarang di level nol koma sekian persen.
"Pada 2015 berat karena berbagai keadaan, pelemahan pasar AS dan resesi Jepang. Industri di dalam negeri juga terimplikasi efek negatif buÂkan hanya karena kenaikan harga BBM subsidi, tetapi karena mereka punya priÂoritas," tuturnya. Perlambatan bisnis tekstil juga terpengaruh banyaknya arus impor barang yang menguasai 40 persen pasar domestik. ***