“Kita sekarang menghadapi kemiskinan di area terpencil. Tantangannya lebih tinggi seÂhingga butuh usaha lebih besar,†ujar Asisten Koodinator KeÂlomÂpok Kerja Tim Nasional PerÂceÂpatan Penanggulangan KemisÂkiÂnan (TNP2K) Ari PerÂdana di Jakarta, kemarin.
Dia mengatakan, tingkat keÂmisÂkinan di Indonesia meÂmang menurun, tetapi penuÂruÂnannya semakin melambat. Oleh karena itu, tantangan pemÂberantasan kemiskinan di Indonesia semakin meningkat.
“Usaha yang lebih tinggi diÂbutuhkan untuk mengÂhaÂpuskan kemiskinan dari IndÂoÂnesia,†tuturnya.
Menurut Ari, kemiskinan di Indonesia menjadi fenomena yang kerap muncul di pedesaan. Hal itu menjadikan kemiskinan semakin sulit dibeÂrantas karena Indonesia berÂbenÂtuk kepulauan. “Banyak daÂerah terpencil yang suÂlit menÂdapat bantuan,†ucapnya.
Ari mengemukakan, Indonesia membutuhkan pendekatan yang komprehensif dalam upaya meÂnanggulangi kemiskinan. PenÂdekatan itu dimaksudkan agar setiap daerah menÂdaÂpatÂkan banÂtuan penanggulangan kemiskinan yang merata.
Dalam lima tahun terakhir, pemerintah telah berhasil meÂngentaskan 4,25 juta penduduk dari kemiskinan dengan banÂtuan sosial, seperti Bantuan SisÂwa Miskin (BSM), beras unÂtuk misÂkin (raskin), Program NaÂsional PemÂberdayaan MaÂsyaÂrakat (PNPM) dan kredit usaha rakyat (KUR).
Bantuan sosial tersebut meÂmang telah meningkatkan konÂsumsi mayarakat miskin. NaÂmun, pengentasan kemisÂkinan maÂsih menemui beÂbeÂrapa kendala.
Ari mengungkapkan, tanÂtaÂngan yang utama yakni semakin meningkatnya kebuÂtuhan hidup masyarakat.
Masyarakat yang masih hiÂdup di bawah garis kemiskinan, lanjut dia, membutuhkan peÂkerjaan yang layak. Ironisnya, proÂgram yang menyediakan akÂses pendapatan bagi masyaÂrakat miskin ternyata belum berkembang.
Peneliti Kebijakan Publik Prakarsa Ah Maftuchan menilai, masa Pemerintahan SBY gagal menggenjot kesejahteraan rakyat terutama di daerah pedesaan.
“Kegagalan SBY khuÂsusnya soal upaya mengurangi angka keÂmisÂkinan,†timpalnya.
Menteri Sosial (Mensos) Salim Segaf Al Jufrie mengatakan, untuk meÂnangani masalah sosial dan kemiskinan di Indonesia, piÂhaknya menggandeng orgaÂniÂsasi massa (Ormas) dan Badan EkseÂkutif Mahasiswa (BEM).
“Permasalahan sosial dalam hitungan statistik masih tinggi, ditambah tipologi masalahnya sangat berbeda satu dengan lainÂnya sehingga memÂbuÂtuhÂkan straÂtegi dan waktu untuk meÂnyeÂleÂsaikannya,“ katanya. ***