Pemerintah Masih Menekan Pengangguran & Kemiskinan

Pertumbuhan Ekonomi RI Capai 5,9%, SBY Klaim Kalahkan AS Dan Eropa

Sabtu, 16 Agustus 2014, 10:51 WIB
Pemerintah Masih Menekan Pengangguran & Kemiskinan
Chai­rul Tanjung
rmol news logo Kinerja perekonomian Indonesia selama 2009-2013 diklaim relatif cukup baik. Sebab, perekonomian Indonesia tetap tumbuh di tengah krisis global. Bahkan, lebih tinggi dari sejumlah negara maju.

PENCapaian Ekonomi RI itu dipaparkan Presiden SBY saat  membacakan Pidato Ke­ne­ga­ra­an di Gedung Parlemen, Sena­yan, Jakarta, kemarin.

SBY mengatakan, selama pe­riode 2009-2010, per­eko­nomian menghadapi berbagai cobaan se­perti bencana alam dan pengaruh imbas krisis keuangan global yang terjadi pada 2008. Namun demikian, In­donesia mampu men­jaga stabilitas makro eko­no­mi de­ngan relatif baik.

“Indonesia mampu mencetak pertumbuhan ekonomi yang re­latif tinggi, 2009-2013 rata-rata tumbuh 5,9 persen. Ini jauh le­bih tinggi dari Amerika Serikat, Eropa dan Jepang pada kurun waktu yang sama,” kata SBY.

SBY mengakui, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini te­ngah melambat. Pada se­mes­ter I-2014, ekonomi hanya tum­buh sekitar 5,2 persen. Namun perlu diketahui, pertumbuhan itu me­nempati urutan tertinggi setelah China di antara ne­gara-negara G 20. Pen­ca­paian ekonomi ter­sebut tetap patut diapresiasi. Apa­lagi,  sejumlah negara ber­kembang juga meng­alami per­lambatan ekonomi.

Selain pertumbuhan, SBY me­maparkan capaian lain di bidang perekonomian. Antara lain, cadangan devisa kini men­capai 110,5 miliar dolar AS, volume perdagangan dalam 10 tahun mencapai 400 miliar dolar AS, dan investasi dalam 10 tahun terakhir mencapai Rp 2.296,6 triliun.

“Dalam waktu 10 tahun, pen­dapatan per kapita juga naik 3,5 kali menjadi Rp 36,6 juta pada 2013. Kita patut ber­syu­kur,” ucap SBY.

Menko Perekonomian Chai­rul Tanjung menerangkan,  eko­nomi Indonesia dipaksa me­lam­bat agar mencapai titik kesta­bilan di bawah 6 persen. Diper­kirakan tahun ini per­tumbuhan ekonomi hanya men­capai 5,3 persen.

CT, panggilan akrab Chairul Tanjung mengatakan, dalam kondisi perlambatan, tantangan yang dihadapi pemerintahan ba­ru akan lebih berat untuk men­dorong pertumbuhan.

“Tantangan ke depan sangat be­rat. Saya harus katakan de­ng­an situasi geo politik saat ini akan berpengaruh kepada  geo economic kita. Tantangannya sa­ngat berat. Tidak mudah untuk mempercepat kembali proses per­tumbuhan ekonomi. Bila per­tumbuhan ekonomi bisa  di atas 5 sampai 6 persen pada 2015 itu sudah cukup bagus,” kata CT.

Selain itu, CT menyebutkan tantangan pemerintah baru, yak­ni  membuat ekonomi men­jadi lebih merata.
Untuk pe­me­rintahan seka­rang, jelas CT, prioritas utama adalah menjaga sta­bi­litas. Khu­susnya menekan de­fisit anggar­an, neraca per­da­gangan dan ne­raca transaksi berjalan.  

“Jangka pendek ini per­tum­bu­han ekonomi yang sudah di­capai harus dijaga. Dalam  lang­kah tertentu bisa mem­per­dalam agar pertumbuhan itu bisa lebih berkualitas dan mem­berikan ke­sejahteraan yang lebih merata,” paparnya.

Ekonom Institute for De­velopment of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Har­tati menilai, tantangan peme­rin­tah adalah menekan jangan sam­pai terjadi peningkatan pe­ng­angguran.

“Jika hanya dengan tumbuh di angka 5,12 persen, sulit bagi pemerintah untuk meng-cover tingkat pengangguran dan me­nekan tingkat kemiskinan,” kata Enny.

Oleh sebab itu, dia meminta laju pertumbuhan per­eko­no­mian harus mementingkan ku­a­litas. Artinya, pertumbuhan ha­rus bisa membuka peluang terbukanya la­pangan pekerjaan baru. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA