“Tujuan memakai RFID itu kan melakukan monitoring. Kalau BBM bersubsidi sudah nggak ada, itu tidak akan krusial dampaknya,†ujar Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo, kemarin.
Menurutnya, jika ketetapan penjualan BBM bersubsidi disesuaikan dengan harga keekonomian, maka pemasangan perangkat RFID sulit diterapkan. “Kalau sudah begitu mau pasang RFId di kendaraan mana,†imbuhnya.
Susilo mengaku, sampai saat ini program pengendalian BBM bersubsidi kerap mengalami hambatan, baik itu persoalan teknis dan finansial. Imbasnya, implementasi program monitoring itu tidak berjalan mulus sesuai perencanaan.
“Bayangkan, 300 ribu kendaraan baru di Jakarta. Itu pun belum dimanfaatkan seluruhnya,†tukasnya.
Pihaknya mencatat jumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di seluruh Indonesia sebanyak 5.500. Sementara jumlah kendaraan baik sepeda motor, dan mobil mencapai 100 juta unit.
Menurut Susilo, akan sangat tidak mungkin pemasangan perangkat RFID bisa sukses dijalankan dengan banyaknya jumlah kendaraan di Indonesia.
“Masang RFId di 5.500 SPBU, bayangkan ada 90 juta sepeda motor, 10 juta mobil. Itu nggak mungkin sukses,†terangnya.
Susilo mengatakan, saat ini pemasangan RFID akan difokuskan pada wilayah pertambangan.
“Pengendalian premium nggak efektif. Rawan penyelundupan di Kaltim, Kalsel, Sulsel, Sumsel, Jambi, Riau. Kalau begitu reorientasinya, kita minta fokus pasang RFID untuk kendaraan solar dimulai dari pulau yang besar penyalahgunaannya,†pungkas dia.
Pengamat transportasi Azas Tigor Nainggolan curiga ada unsur penyelewengan karena pemasangan RFID menjadi proyek mubazir. Ia mencurigai proyek RFID cuma jadi lahan untuk korupsi. Sebab itu, dia berharap aparat penegak hukum segera turun tangan guna melakukan penyelidikan.
Direktur Pemasaran Niaga PT Pertamina (Persero) Hanung Budya mengklaim, saat ini pihaknya sudah memasang 300 ribu alat RFID di sejumlah kendaraan di Jakarta. Selain itu, terdapat 50 SPBU di Jakarta yang sudah menerapkan pencatatan konsumsi BBM dengan teknologi RFID.
“Saat ini pemasangan RFID Di Jakarta sudah hampir 90 persen. Full online 50 SPBU kendaraan. Sudah dipasang 300 ribu kendaraan. Ke depan solar, karena rawan penyimpangan,†jelas Hanung.
Dia mengungkapkan, pada tahap awal RFID berfungsi sebagai pendeteksi konsumsi BBM bersubsidi. Namun ke depannya jika sudah mendapat payung hukum dari pemerintah, itu bisa menjadi alat pembatasan konsumsi BBM bersubsidi.
“Dengan melaksanakan RFID ada biaya tambah tapi tidak mengklaim pemerintah. Ini usaha Pertamina supaya penyaluran BBM bersubsidi tetap sasaran,†papar dia.
Hanung mengklaim, pihaknya sudah melakukan uji coba RFID di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Dari uji coba tersebut mendapat hasil yang memuaskan. ***