Pembeli Sepi, Pedagang Minta THR Sama Menteri CT & Lutfi

H-7 Lebaran, Rombongan Menteri Ekonomi Sidak Ke Pasar Klender

Selasa, 22 Juli 2014, 08:32 WIB
Pembeli Sepi, Pedagang Minta THR Sama Menteri CT & Lutfi
ilustrasi, Chairul Tanjung Sidak Ke Pasar Klender
rmol news logo Mendekati Lebaran, para menteri ekonomi yang dikomandoi Menko Perekonomian Chairul Tanjung kembali melakukan sidak ke Pasar Klender, Jakarta Timur. Para pedagang mengeluhkan sepinya pembeli.

Menko Perekonomian Chairul Tanjung yang akrab disapa CT tiba di lokasi sekitar pukul 10.30 WIB, ditemani Menteri Perdaga­ngan (Mendag) M Lutfi, Menteri Perta­nian (Mentan) Suswono dan Dirut Perum Bulog Sutarto Ali­moeso. Semuanya datang ber­sa­maan dari kantor Kementerian Koor­­dinator Bidang Perekonomian.

Kedatangan rombongan lang­sung disambut para pedagang. Melihat para menteri yang da­tang, seorang pedagang ber­na­ma Mujiyanti tiba-tiba meng­ham­piri rombongan dan berkeluh kesah karena sepinya pembeli di Pasar Klender. Mujiyanti heran dengan sepi­nya pembeli padahal sudah masuk H-7 Lebaran.

“Mungkin duitnya pada nggak ada kali ya,” keluhnya.

CT yang mengenakan batik coklat dengan lengan digulung, ber­usaha menenangkan Muji­yan­ti. Dia menjamin, minggu ini pasti pembeli akan meningkat. Apalagi Tunjangan Hari Raya (THR) sudah turun.

Selain mendapatkan keluhan sepinya pembeli dari pedagang, CT dan Mendag Lutfi juga ‘di­palak’ THR oleh pendagang. Hal ini terjadi ketika CT dan rom­bo­ngan mengunjungi pedagang ayam untuk menanyakan harga.

Seorang pedagang ayam ber­nama Asti mengeluhkan harga ayam yang turun, sementara har­ga barang-barang naik.

“Harga barang-barang naik pak. Kurang uangnya. Bapak ba­gilah uangnya Rp 200 ribu pak,” ujarnya sambil tersenyum.

Grrrr sontak orang-orang yang ada di sekitarnya tertawa. CT pun menanggapi hanya dengan tertawa yang langsung beranjak pergi.

Sementara, Lutfi yang meng­genakan batik coklat gelap lengan panjang, ‘dipalak’ THR oleh peda­gang cabe buat beli baju baru  “ Ibu kita ketemu lagi. Bajunya masih sa­ma kayak minggu lalu,” ucap Lutfi.

Si ibu pun langsung menja­wab,”Iya pak belum bisa beli yang baru. Ini nunggu THR dari ba­pak, nggak ada uangnya. Ma­ka­nya nunggu bapak ini,” ucap­nya sambil tertawa.

Rombongan para menteri ini keliling pasar hanya 35 menit. Menurut CT, hasil kunjungan ke pasar tradisional harga bahan po­kok seminggu sebelum Lebaran masih aman. Dari semua bahan pangan yang disidak, pedagang mengaku tidak ada kenaikan harga yang begitu berarti.

CT mencontohkan, harga da­ging ayam yang sebelumnya melonjak sebelum puasa, dilaporkan turun menjadi Rp 30 ribu dari Rp 35 ribu ming­gu lalu. Sedangkan harga bawang merah dan bawang putih menga­lami kenaikan harga ma­sing-masing sebesar Rp 2 ribu per kilogram (kg).

Kenaikan juga terjadi pada da­ging sapi. CT mengaku, ber­da­sarkan laporan pedagang naik sekitar 7 persen. Saat ini, harga­nya masih bertengger Rp 95-100 ribu. Alasan lonjakan harga itu adalah kompensasi dari harga kulit dan jeroan sapi yang me­limpah, tapi sepi peminat.

Sebelum meninggalkan pasar, CT meminta agar para pedagang tidak menaikkan harga lagi jelang Lebaran dan tetap memperta­han­kan harga yang ada sekarang. Jika perlu, harganya harus turun.

Lutfi mengaku sidak dilakukan untuk memastikan keter­sediaan barang kebutuhan pokok sekaligus memantau harga. Dia mengakui, ada beberapa barang yang meng­alami kenaikan namun masih dalam batas normal. “Yang ter­penting pasokan aman,” katanya.

Terkait daging celeng, Lutif me­negaskan, hasil sidaknya ke Pasar Klender tidak ditemukan adanya daging celeng. Apalagi saat ini harga daging rata-rata sudah turun menjadi Rp 90 ribuan per kg ka­rena pasokannya berlimpah.

Harga Cabe Merosot

Mentan Suswono mengatakan, penurunan harga cabe sangat mengkhawatirkan. Saat ini cabe hanya Rp 14 ribu per kg. Harga ini di bawah harga standar Rp 28 ribu per kg.

Penyebab merosotnya harga cabe adalah kelebihan produksi cabe petani. Petani mengacu kepa­da ta­hun sebelumnya saat lonja­kan per­mintaan yang tinggi. Kare­na itu, produksi tahun ini lebih banyak.

“Mereka berpikir haga cabe akan tinggi seperti tahun lalu jadi mereka rata-rata menanam dalam jumlah banyak, jadi over,” kata Suswono.

Karena itu, dia berharap pertani belajar dari masalah ini. Supaya tidak rugi lagi, petani  harus bisa mengatur suplainya, tapi tidak me­rugikan pembeli. Untuk itu, pi­haknya saat ini sedang berkoor­dinasi dengan Kementerian Per­dagangan (Kemendag). ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA