“Tantangan di Kawasan Indonesia Timur adalah bagaimana membuat nilai tambah,†kata Gubernur BI Agus Martowardojo saat seminar Mendorong Percepatan Reformasi Struktural untuk Penguatan Ekonomi di KIT di Makassar, Sulawesi Selatan, kemarin.
Menurut Agus, KIT memiliki sumber daya alam termasuk mineral yang memberi kontribusi besar kepada perolehan devisa. Sebab itu, untuk meningkatkan nilai tambah termasuk menghadapi pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. tidak diizinkan lagi melakukan ekspor mineral mentah.
“Ekspor komoditas mentah sudah dilakukan sejak zaman Belanda dan sekarang tidak zamannya lagi ekspor barang mentah,†ucapnya.
Bekas Menteri Keuangan ini menyebutkan, harga komoditas saat ini sedang turun sehingga perolehan devisa dan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi menurun. Padahal, investasi untuk membangun
smelter, lanjut Agus, memerlukan dana investasi yang cukup besar. “Karena itu perlu kerja sama antar daerah agar investor mau datang,†kata bekas Dirut Bank Mandiri itu.
Menurut Agus, berdasarkan survei yang dilakukan sejumlah lembaga menunjukkan, Indonesia kurang atraktif untuk kegiatan investasi. Ada 8-9 alasan Indonesia kurang atraktif. Termasuk ketidakpastian aturan, pajak, lingkungan dan lainnya.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi menambahkan, Indonesia ke depan tidak bisa mengandalkan ekspor komoditas mentah.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityawara menyatakan, ancaman peningkatan inflasi tidak bisa hanya diatasi dengan penetapan suku bunga acuan. ***