“Gas yang diproduksi ExxonÂMobil volumenya tidak mencukupi untuk dijadikan LNG, makanya kami akan ambil untuk disalurkan melalui pipa Arun-Belawan,†kata Presiden Direktur Pertagas Hendra Jaya, kemarin.
Hendra menuturkan, volume gas yang diambil dari lapangan yang dikelola ExxonMobil menÂcapai 100 juta standar kaki kubik per hari (
Million Standard Cubic Feet per Day/MMscfd).
Pasokan gas itu menjadi alterÂnatif bagi Pertagas sambil meÂnunggu jatah dari fasilitas terminal dan regasifikasi Arun yang baru bisa menyalurkan hasil olahan LNG Januari tahun depan.
“Karena fasilitas terminal dan regasifikasi Arun baru
shut down Oktober tahun ini, mereka baru siap mengalirkan hasil olahan LNG-nya Januari tahun depan,†ujarnya.
Meski begitu, Hendra memasÂtikan pengerjaan pipa Arun-BelaÂwan akan selesai Oktober tahun ini, seÂsuai rencana yang telah disetujui. Saat ini saja, peÂngerjaan pipa terÂsebut sudah mencapai 80 persen.
Selain menyelesaikan pengerÂjaan pipa Arun-Belawan, perseÂroan juga mulai membangun pipa gas dari Muara Karang ke Muara Tawar. Pipa tersebut akan meÂngalirkan gas hasil regasifikasi
Floating Storage Regasification Unit (FSRU) Jawa Barat ke PLN di Muara Tawar dan beberapa industri di Jawa Barat.
Proyek yang menelan biaya seÂkitar Rp 758,3 miliar dibangun seÂpanÂjang 30 kilometer dengan mengÂgunakan pipa diameter 24 inchi.
“Dimulainya proyek ini sebagai realisasi percepatan proyek inÂfrastruktur Pertamina Gas, yang pada akhirnya dapat berkontribusi pada peningkatan penggunaan gas sebagai alternatif,†ucap dia.
Menurutnya, pipa Muara KaÂrang-Muara Tawar ini memiliki kapasitas 270 MMSCFD. Proyek yang dilakukan oleh Konsorsium Hutama Karya – Moeladi–– ProÂmatcon Tepatguna ini memÂbutuhÂkan waktu satu tahun untuk bangun konstruksi.
Commissioning proyek direnÂcanakan pada kuartal kedua tahun 2015. Pipa Muara Karang-Muara Tawar ini menerapkan konsep
open acces. “Kami akan mendapatkan toll fee dari setiap gas yang dialirkan melalui pipa ini sesuai ketetapan BPH Migas,†imbuhnya. ***