“Tidak bisa mengeluh peneÂrimaan pajak tidak bisa meÂningÂkat karena jumlah tenaga kerja tidak cukup,†tegas Chatib seusai meÂlantik pejabat eselon II KeÂmenterian Keuangan, kemarin.
Menurut dia, target penerimaan pajak tetap harus dicapai, apakah dengan efisiensi, atau disiplin kerja, atau juga dengan menguÂrangi kebocoran. “Karena kita tahu, tidak mungÂkin menambah aparat empat kali lipat dalam waktu setahun,†ujarnya.
Dia berharap, dengan jumlah apaÂrat pajak yang ada sekarang, Ditjen Pajak mesti memikirkan apa yang bisa dilakukan. Dia menginginkan adanya inovasi dan pemikiran. Target setoran pajak di atas Rp 1.102 triliun mesti tetap aman.
Chatib mengatakan, ada sektor potensial pajak yang tidak tersentuh dan justru menurun, yakni wajib pajak (WP) orang pribadi. Itu harus mulai digali lanÂtaran sektor unggulan peneÂriman pajak saat ini tengah lesu, yakni sektor seperti tambang dan koÂmoditas.
“Situasi dunia yang baik tidak bersama kita. Trend penurunan harga tambang dan komoditas diprediksi terus berlanjut. Jika pajak bergantung pada sektor ini penerimaan pajak akan terus turun,†jelasnya.
Menurut Chatib, perlu teroÂboÂsan dengan mengembangkan fakÂtor lain yang belum tergarap makÂsimal. Contohnya, beberapa koÂmoditi yang tumbuh tinggi yaitu sektor properti, keuangan, jasa, tansportasi dan komunikasi.
Untuk itu, diperlukan langkah dan terobosan. Sektor yang selama ini praktis walaupun sudah digarap tetapi tidak bisa digarap secara penuh menjadi suatu yang penting.
Ia mengharapkan, optimalisasi peÂnerimaan negara atau pajak bisa dilakukan dengan kerja keras dan disiplin.
Sementara itu, Direktur JenÂderal (Dirjen) Pajak Fuad RachÂmany menegaskan, pajak saat ini merupakan sumber pengÂhasilan negara yang paling besar. Tercatat, 75 persen pemasukan neÂgara datang dari sektor pajak.
Permasalahan pajak saat ini, sambung bekas Kepala BapÂpeÂÂpam ini, terletak di tingkat kepaÂtuhan terhadap pajak yang renÂdah. Untuk itu, ini memÂbutuhkan duÂkungan negara dan pemerintah unÂtuk menanggulanginya.
Ia berharap, seluruh pihak meÂmikirkan bagaimana pendapatan dan kepatuhan terhadap pajak semakin tinggi.
“Itu dana pembangunan infraÂstruktur dan pengurangan kemisÂkiÂnan uangnya dari mana, kan seÂmua butuh dana,†ujar Fuad. ***