Akibat Puso, Serapan Gabah Bulog Diprediksi Menurun

Siapkan Dana Rp 21,3 Triliun

Rabu, 04 Juni 2014, 09:38 WIB
Akibat Puso, Serapan Gabah  Bulog Diprediksi Menurun
impor beras
rmol news logo Pemerintah belum bisa menghentikan kebiasaan impor beras. Padahal di beberapa daerah baru selesai musim panen.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga April beras yang diimpor tercatat 31.145 ton senilai 13,5 juta dolar AS. Nilai impor ini lebih tinggi 16 persen dibanding bulan sebelumnya. Impor beras naik cukup signifikan dibanding dua bulan sebelumnya.

Pada Februari, Indonesia mengimpor beras sebanyak 2.200 ton atau 1,2 juta dolar AS. Sedangkan Maret 26.867 ton atau 11,2 juta dolar AS. Jadi total impor dalam empat bulan pertama Januari sampai April mencapai 91.942 ton atau 40,4 juta dolar AS.

Impor beras yang masuk pada April paling banyak berasal dari India 13.445 ton atau 4,9 juta dolar AS. Disusul Thailand 11.450 ton dengan nilai 4,8 juta, Pakistan 3.500 ton dengan nilai 1,3 juta dan akumulasi negara-negara lainnya 2.250 ton dengan nilai 711 ribu dolar AS.

Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso mengatakan, pihaknya menyiapkan dana Rp 21,3 triliun untuk menjalankan perannya sebagai lembaga penyangga (buffer stock) dan stabilisator harga komoditas beras dan gula tahun ini.

Rinciannya, Rp 19,8 triliun untuk beras dan Rp 1,5 triliun untuk komoditas gula. Dana tersebut bersumber dari pinjaman perbankan.

pengadaan beras sebanyak 3,8 juta ton dan 328 ribu ton gula. Untuk beras seluruhnya diharapkan berasal dari dalam negeri, sedangkan untuk gula kemungkinan besar seluruhnya dari impor,” ujar Sutarto.

Menurutnya, Bulog juga menyiapkan dana Rp 700 miliar untuk menjalankan peran stabilisasi harga jagung, kedelai dan daging sapi. Untuk komoditas tersebut, pihaknya hanya menjadi stabilisator harga, bukan sebagai lembaga penyangga seperti halnya beras dan gula.

Ketua Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Nelly Soekidi memprediksi serapan gabah Bulog tahun ini bakal menurun.

Sebab, beberapa sentra padi mengalami puso selepas banjir menerjang awal tahun ini.

Karena itu, dia menilai, wajar jika Bulog mengambil sikap untuk mengimpor beras. Pedagang melihat kondisi panen raya yang jatuh Maret sampai Mei tidak terlalu bagus.

Sesuai standar yang ditetapkan Bulog, cadangan beras di gudang untuk kebutuhan setahun wajib mendekati 3 juta ton. Padahal, panen raya menyumbang 60 persen dari proses pengadaan beras BUMN itu.

Nelly mengklaim pedagang tidak mempermasalahkan bila hasil serapan gabah turun, sehingga Bulog terpaksa mendatangkan beras dari luar negeri.

Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Tito Pranoloh mengatakan, Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC) awal 2015 merupakan ancaman untuk petani Indonesia.

Komoditas beras dan gula impor bakal mengalir deras ke dalam negeri. Komoditas tersebut akan masuk dengan bebas yang secara tidak langsung mengancam petani lokal.

“Tidak ada lagi hambatan masuk ke Indonesia seperti gula dan beras. Beras itu utama dari Vietnam dan Thailand. Sedangkan produksi gula banyak itu Thailand dan mereka lebih diuntungkan,” kata Tito.

Dia memprediksi petani Indonesia bakal kalah bersaing karena teknologi yang diterapkan di dalam negeri masih bersifat tradisional. Level persaingan penggilingan padi dan industri gula nasional masih kalah dari Thailand.

“Itu yang paling terasa. Begitu teknologi kita kalah, tidak akan menang kita akan persaingan,” tegasnya.

Tito berharap pemerintah mengkaji ulang soal dibukanya komoditi beras dan gula pada Masyarakat Ekonomi ASEAN. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA