Impor Sayuran & Buah Diprediksi Rp 23 T

Musim Banjir, Sistem Pertanian Belum Baik

Selasa, 21 Januari 2014, 09:36 WIB
Impor Sayuran & Buah Diprediksi Rp 23 T
ilustrasi
rmol news logo Pemerintah gagal meningkatkan produksi hortikultura. Pasalnya, nilai impor produk tersebut diprediksi tembus Rp 23 triliun pada tahun ini.

Dewan Hortikultura Indonesia memperkirakan nilai impor sayuran dan buah mencapai 2 miliar dolar AS atau setara Rp 23,8 triliun. Angka ini naik dibanding 2013 sebesar 1,7 miliar dolar AS atau Rp 20,2 triliun.

Ketua Dewan Hortikultura Indonesia Benny Kusbini mengatakan, berbagai kondisi di Indonesia membuat negara ini sulit melepaskan ketergantungan terhadap produk impor.

“Ini lebih karena peningkatan produksi tidak terjadi sementara konsumsi naik dan adanya iklim kebanjiran saya yakin pasti naik,” ujar dia.

Benny mengaku, sistem pertanian di Indonesia masih sangat kurang. Terbukti pada musim banjir ini, pasokan sayuran dan buah nasional berkurang.

Ketergantungan impor ini terjadi karena Indonesia tidak memiliki teknologi pertanian yang baik. Kemudian pendukung pertanian seperti pasokan pupuk, infrastruktur tak mampu memberikan kekuatan bagi petani untuk meningkatkan produksi.

Padahal, banyak negara lain yang juga mengalami banjir seperti Indonesia. Namun, karena sistem pertaniannya baik sehingga tidak perlu khawatir tentang pasokan pangan seperti sayur dan buah dan lainnya. Bahkan, mereka mampu membuat sistem pertanian tidak terimbas terlalu besar dari bencana banjir.

Sebab itu, Benny meminta pemerintah serius membenahi sistem pertanian dengan segera. Apalagi bisa dilihat nilai impor pangan nasional tak kunjung turun, justru terus bertambah tiap tahunnya.

Sementara Kementerian Pertanian (Kementan) mengklaim realisasi impor komoditas buah dan sayur tahun 2013 turun hingga 31,25 persen menjadi 1,1 juta ton dibanding realisasi tahun 2012 yang mencapai 1,6 juta ton.

Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementan Banun Harpini mengungkapkan, realisasi impor produk hortikultura tahun 2013, terutama untuk buah dan sayur menunjukkan tren penurunan. Ini diduga sebagai dampak kebijakan pemerintah untuk membatasi pintu masuk impor hortikultura.

“Kebijakan itu membuat permintaan yang luar biasa dari negara mitra dagang Indonesia untuk masuk melalui Tanjung Priok. Mereka minta terus menerus. Kami menduga, ada kesulitan-kesulitan karena mereka harus masuk dari Surabaya,” ungkapnya.

Data yang dilansir Barantan Kementan menyebutkan, hingga Desember 2013, impor buah mencapai 459.318,5 ton dan sayur 630.367,2 ton. Total impor buah dan sayur sepanjang 2013 mencapai 1.089.685,7 ton (1,1 juta ton).

Untuk total impor buah dan sayur sepanjang 2012 mencapai 1.601.111,1 ton (1,6 juta ton) dengan rincian untuk buah sebanyak 826.579,5 ton dan sayur sebanyak 774.531,5 ton.

Deputi Statistik Produksi Badan Pusat Statistik (BPS) Adi Lukmasono mengatakan, tingginya impor hortikultura disebabkan produk lokal kalah bersaing dengan produk impor mulai dari harga maupun kualitasnya.

Diakuinya, kualitas buah dan sayur luar negeri lebih bagus dan harga lebih murah. Jadi masyarakat lebih memilih membeli produk buah dan sayur.

“Kalau mau melindungi petani ada kebijakan, misalnya pembatasan impor sehingga petani ada keinginan untuk peningkatan di sektor hortikultura,” jelasnya.

Kondisi ini juga membuat petani hortikultura alih profesi karena hasil produksinya tidak mampu bersaing dengan produk impor.

Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Herry Suhardiyanto menyayangkan tingginya nilai impor hortikultura. Sebab itu, pihaknya tetap mengawal upaya pemerintah untuk menciptakan swasembada pangan. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA