Saat ini Bulog tengah melakukan persiapan untuk menyerap gula hasil produksi pabrik gula di dalam negeri. Persiapan itu dilakukan dalam rangka menjalankan tugasnya menstabilkan harga ‘si manis’, sebagaimana diperintahkan oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag).
Direktur Utama Bulog Sutarto Alimoeso mengaku, pihaknya telah menempuh pendekatan kepada produsen gula lokal terutama pabrik gula yang berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
“Kalau dalam negeri kami sudah persiapkan. Sesuai anjuran Kementerian BUMN, kami menawarkan kerja sama dengan pabrik-pabrik gula. Misalnya dengan PTPN di Jawa Timur dan Jawa Tengah,†kata Sutarto.
Namun, menurut dia, upaya itu tidak selancar yang diharapkan. Sebab, rata-rata pabrik gula lokal telah memiliki pelanggan tetap yang telah membeli gulanya.
“Artinya, kita disuruh bersaing dengan para pelanggan yang sudah lama menjalin bisnis dengan pabrik gula tersebut. Kan sulit jadinya bagi kita,†akunya.
Kendati begitu, Sutarto menekankan, sebisa mungkin Bulog menjadikan pembelian gula lokal sebagai opsi utama untuk menjalankan tugasnya sebagai stabilisator harga gula.
“Target kami membeli dari pabrik gula yang ada. Kemudian membelinya dari petani. Kalau kurang, baru impor, baik dalam bentuk raw sugar atau rafinasi,†jelasnya.
Namun, pihaknya mengaku belum mendapatkan penugasan resmi dari Kemendag. “Begitu ada perintah (impor) kita jalan,†tegasnya.
Anggota Komisi VI DPR Nasir Bahar mengatakan, untuk menstabilkan harga gula nasional, pemerintah seharusnya tidak melakukan impor. Pemerintah harus memastikan terlebih dahulu jumlah produksi gula nasional dengan kebutuhan nasional.
“Data produksi nasional sering berbanding tidak jelas dengan kebutuhan nasional. Itu menimbulkan penggelembungan data, yang menyebabkan impor,†ujarnya kepada
Rakyat Merdeka.Meski begitu, kata Nasir, Kemendag bisa saja melakukan impor gula, karena sudah diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57/M-DAG/PER/12/2010 tentang ketentuan impor produk tertentu.
“Tapi, jika akhirnya harus impor, itu harus untuk kepentingan rakyat,†tukas Nasir. ***