Direktur Utama Indofarma Elfiano Rizaldi mengatakan, penurunan pendapatan ini disebabkan banyak faktor internal dan eksternal.
“Pertama kita renovasi pabrik yang merupakan produksi utama 70 persen produk kami, sehingga sampai semester I-2013 produksi kami tidak maksimal,†ucap Elfiano.
Selain itu, kenaikan upah minimum provinsi (UMP) menggangu kinerja perseroan. Sebab, tenaga kerja meminta kenaikan lebih dari kota Jakarta.
“UMP kita juga berubah, kan lokasi pabrik kami di Cibitung dulunya Rp 1,8 juta per bulan menjadi Rp 2,4 juta. Tahun ini pun kami di push oleh tenaga kerja di Kabupaten Bekasi yang meminta gaji Rp 2,9 juta sampai Rp 3 juta. Ini menjadi permasalahan industri di Bekasi meminta gaji lebih besar dari Jakarta,†papar dia.
Direktur Keuangan Indofarma John Guntar Sebayang menambahkan, penurunan pendapatan usaha perusahaan akibat renovasi pabrik.
“Kita renovasi pabrik kita, periode pertama tidak setinggi tahun lalu. Itu alasannya penurunan penjualan, lalu harga pokok penjualan (HPP) pun meningkat, karena komponen HPP meliputi biaya gaji dan bahan. Biaya gaji meningkat dan membuat lembur, lalu kenaikan listrik dan BBM, serta efek kenaikan dolar AS. Bahan baku kita impor, itu membuat kenaikan HPP,†jelas John.
Terkait kenaikan dolar AS, menurutnya, perseroan tidak memperhitungkan kenaikan dolar AS yang sudah menyentuh Rp 12.000.
“Pada saat itu kita belum hitungkan, patokan dolar yang dulu kita patok Rp 9.600-9.700 per dolar AS itu berdampak kepada HPP dan bunga bank,†katanya. ***