Cuma 40 Persen UKM Yang Siap Bertanding Di AEC 2015

Pemerintah Jangan Hanya Bikin Lokakarya Sesaat

Senin, 23 Desember 2013, 08:44 WIB
Cuma 40 Persen UKM Yang Siap Bertanding Di AEC 2015
ilustrasi, usaha kecil dan menengah (UKM)
rmol news logo Untuk menghadapi ASEAN Eco­nomic Community (AEC) pa­da 2015, daya saing usaha kecil dan menengah (UKM) perlu diting­katkan. Soalnya, hingga kini baru 40 persen UKM yang siap.

Pengamat ekonomi dari Uni­versitas Indonesia Yusuf Wibi­sono mengatakan, dengan adanya pasar bebas ASEAN akan meng­ancam pangsa pasar UKM. Nan­tinya, semua produk dari luar akan bebas pajak.

“Pangsa pasar dan persaingan­nya akan sangat ketat. Sayang, tan­da-tanda kesiapan UKM Indo­nesia sepertinya kalah cepat dengan apa yang dilakukan UKM dari Thailand, Malaysia bahkan Myanmar,” katanya, kemarin.

Menurut dia, masih ada waktu setahun bagi pemerintah untuk melakukan persiapan. Jika tidak segera dilakukan akan makin banyak UKM dan industri kreatif yang bakal tumbang.

Yusuf juga menyarankan peme­rintah agar mengurangi dana Anggaran Pendapatan dan Belan­ja Negara (APBN) untuk belanja rutin guna menyokong kegiatan pelatihan dan persiapan infra­struktur bagi UKM.

Sekjen Gabungan Pengusaha Ma­kanan Minuman Indonesia (Ga­pmmi) Franky Sibarani me­nga­­takan, saat ini hanya 40 per­sen UKM yang siap menghadapi AEC. “Pemerintah perlu melaku­kan pembinaan dan pendam­pingan yang berkelanjutan, bukan lokakarya sesaat bagi UKM,” ujarnya.

Menurut dia, UKM yang ada di In­donesia kebanyakan berasal dari industri pangan dan 56 juta UKM yang ada di Indonesia, 70 per­sen bergerak di industri pa­ngan. Dia menilai jika di 2015 UKM Indonesia tidak berkem­bang, produk impor akan mem­banjiri pasar nasional. Bahkan, UKM banyak yang akan gulung tikar karena kalah bersaing.

Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi berjanji akan selalu menyederhanakan dan mem­permudah prosedur pema­sukan barang impor. Besarnya biaya perdagangan karena distri­busi akan diminimalkan, namun tidak dihilangkan.

Pemerintah memprediksi be­berapa waktu ke depan nilai tukar rupiah belum akan menunjukkan keperkasaannya terhadap dolar Amerika. Melemahnya rupiah akan diikuti naiknya harga barang impor di Indonesia. Namun, Bayu mengklaim punya banyak cara agar gejolak harga tidak terjadi.  ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA