Pengamat ekonomi dari UniÂversitas Indonesia Yusuf WibiÂsono mengatakan, dengan adanya pasar bebas ASEAN akan mengÂancam pangsa pasar UKM. NanÂtinya, semua produk dari luar akan bebas pajak.
“Pangsa pasar dan persainganÂnya akan sangat ketat. Sayang, tanÂda-tanda kesiapan UKM IndoÂnesia sepertinya kalah cepat dengan apa yang dilakukan UKM dari Thailand, Malaysia bahkan Myanmar,†katanya, kemarin.
Menurut dia, masih ada waktu setahun bagi pemerintah untuk melakukan persiapan. Jika tidak segera dilakukan akan makin banyak UKM dan industri kreatif yang bakal tumbang.
Yusuf juga menyarankan pemeÂrintah agar mengurangi dana Anggaran Pendapatan dan BelanÂja Negara (APBN) untuk belanja rutin guna menyokong kegiatan pelatihan dan persiapan infraÂstruktur bagi UKM.
Sekjen Gabungan Pengusaha MaÂkanan Minuman Indonesia (GaÂpmmi) Franky Sibarani meÂngaÂÂtakan, saat ini hanya 40 perÂsen UKM yang siap menghadapi AEC. “Pemerintah perlu melakuÂkan pembinaan dan pendamÂpingan yang berkelanjutan, bukan lokakarya sesaat bagi UKM,†ujarnya.
Menurut dia, UKM yang ada di InÂdonesia kebanyakan berasal dari industri pangan dan 56 juta UKM yang ada di Indonesia, 70 perÂsen bergerak di industri paÂngan. Dia menilai jika di 2015 UKM Indonesia tidak berkemÂbang, produk impor akan memÂbanjiri pasar nasional. Bahkan, UKM banyak yang akan gulung tikar karena kalah bersaing.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi berjanji akan selalu menyederhanakan dan memÂpermudah prosedur pemaÂsukan barang impor. Besarnya biaya perdagangan karena distriÂbusi akan diminimalkan, namun tidak dihilangkan.
Pemerintah memprediksi beÂberapa waktu ke depan nilai tukar rupiah belum akan menunjukkan keperkasaannya terhadap dolar Amerika. Melemahnya rupiah akan diikuti naiknya harga barang impor di Indonesia. Namun, Bayu mengklaim punya banyak cara agar gejolak harga tidak terjadi. ***