Pemerintah mengisyaratÂkan akan mengekspor sebagian gas alam cair (LNG) Tangguh, PaÂpua, yang sebelumnya dipasok ke SemÂpra, Amerika Serikat (AS). PadaÂhal, industri dan PLN daÂlam neÂgeri kekurangan paÂsokan gas.
Isyarat tersebut terungkap daÂlam surat Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero WaÂcik bernomor 8115/10/MEM.M/2012 ke Kepala SaÂtuan Kerja SeÂmentara PelakÂsana Hulu Minyak dan Gas (SKSP Migas) tertangÂgal 23 November 2012 yang saÂÂlinÂanÂnya diperoleh wartawan di JaÂkarta, kemarin.
Sesuai surat perihal PersetuÂjuan Alokasi Gas Tangguh itu, pada 2013 volume pengalihan LNG eks Sempra yang dialoÂkaÂsikan ke pembeli domestik haÂnya 10 kargo yang terdiri dari 8 untuk pupuk dan 2 kargo lainÂnya ke PT PLN (Persero).
Lalu, pada 2014 juga hanya diÂpasok ke domestik sebanyak 20 kargo yang terdiri dari pupuk 8 kargo dan PLN 12 kargo. SelanÂjutnya, pada 2015 dialoÂkasikan 20 kargo untuk domesÂtik dengan rincian PLN 12 kargo dan proÂyek baru 8 kargo.
Pada 2016-2018, ada 21 kargo yang terdiri dari PLN 12 kargo dan proyek baru 9 kargo, serta terakhir 16 kargo untuk proyek baru di 2019. SiÂsaÂnya seÂsuÂai surat itu diseÂbutÂkan, LNG eks Sempra akan diÂaloÂkaÂsikan ke pembeli lain dengan harga terÂtingÂgi. Secara total, voÂlume peÂngaÂlihan gas yang seÂbeÂlumnya dieskpor ke Sempra unÂtuk pemÂbeli lain mencapai 42 karÂgo per tahun.
Kepala Divisi BBM dan Gas PLN Suryadi Mardjoeki meÂngaku pihaknya berharap menÂdapatkan 3-4 kargo gas eks SemÂpra pada 2013.
Menurut dia, pemerintah suÂdah menyetujui harga gas SemÂpra meÂmakai formula 11 persen diÂkalikan harga pasar minyak mentah di Jepang (Japan Crude Cocktail/JCC) dan ditambah satu dolar AS per Million Metric British TherÂmal Unit/MMBTU (11 persen dikali JCC ditambah 1 dolar/MMBTU). “Pemerintah sudah setuju,†katanya.
ForÂmula harga tersebut sesuai keÂsepakatan anÂtara BP Berau, seÂlaku pengeÂlola TangÂguh dengan PLN. Selanjutnya, sesuai rencaÂna, harga gas akan mengalami eskaÂlasi antara 12-14,5 persen JCC seÂcara bertahap mulai 2014 hingga 2032.
Menurut Suryadi, aloÂkasi eks Sempra di 2013 tersebut akan menÂjadi cadangan sementara selama pasokan Bontang ke terÂminal terapung Jakarta masih kuÂrang. Namun, seÂtelah terminal Arun, Aceh beroperasi, maka gas Sempra akan masuk ke Arun.
Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan berpenÂdapat, mestinya seluruh gas SemÂpra yang berjumlah 42 kargo diÂalokasikan ke domestik. DeÂngan hanya 10-21 kargo ke doÂmestik dan sisanya ke pembeli lain deÂngan penawaran harga terÂtinggi, maka pemerintah mengÂisyaÂratkan akan mengekspornya.
Dia mempertanyakan rencana ekspor tersebut karena terminal LNG seperti Arun, Jateng, LamÂpung dan Jakarta memÂbutuhkan paÂsokan gas dari eks Sempra. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.