Ketua Bidang Kajian StrateÂgis dan Advokasi Perhimpunan SarÂjaÂna Pertanian Indonesia YeÂka HenÂÂdra Fatika memÂperÂkiÂrakan, harÂga beras akan menÂcaÂpai Rp 9.500 per kilogram (kg) Januari menÂdatang.
MenurutÂnya, kenaikan harga beras bisa diprediksi meÂningÂkat karena harga gabah keÂring paÂnen di tingkat petani saat ini suÂdah mencapai Rp 4.000 per kg, sehingga harga beras akan naik menjadi Rp 8.000 per kg hingÂga akhir tahun ini.
“Oktober sampai Desember proÂduksi cenderung turun dan akan terjadi kelangkaan sehingÂga harÂga akan naik,†kata Yeka saat diskusi Menyoal Data PerÂberasan Nasional di Jakarta, kemarin.
Yeka mengatakan, kenaikan harga beras terjadi karena proÂdukÂsi di akhir tahun menurun. SeÂÂlain itu, ada beberapa indikasi peÂnurunan produksi dan keterÂseÂdiaan beras, yaitu tingkat konÂverÂsi lahan, serangan hama peÂnyakit, banÂjir dan kekeringan.
Dia yakin, dengan tingginya harÂga gabah dan beras tersebut, Perum Bulog dipastikan tidak bisa menyerap dan harus impor.
Hal yang sama diungkapkan KeÂtua Umum Kontak Tani NeÂlaÂÂyan Andalan Winarno Tohir. MeÂÂnurutnya, total kebutuhan unÂÂÂtuk konÂsumsi beras dalam negeri menÂcapai 33,53 juta ton beras per taÂhun. Sedangkan proÂduksi beras jusÂtru berkurang yang disebabkan beÂsarnya luas lahan yang terkena seÂrangan hama penyakit jumÂlahÂnya menÂcapai 606.095 ton. DiÂtambah luas lahan yang ada 75 perÂsenÂnya terkena puso atau menÂcaÂpai sekitar 400 ribu ton.
“Produksi beras kita sebenarÂnya sisanya tipis. Ada kecenÂdeÂrungan petani menyimpan hasil paÂnen di musim ini untuk dikeÂluarkan November sebagai moÂdal tanam musim,†ujar Winarno.
Untuk itu, dia meminta pemeÂrintah menggenjot produksi deÂngan perluasan lahan dan duÂkungan anggaran. Saat ini kaÂlangan petani berharap ada duÂkungan dari pemerintah berupa keÂnaikan anggaran 10 persen unÂtuk sektor pertanian.
Winarno menuturkan, sektor pertanian ini hanya mendapatÂkan 5 persen dari Anggaran PenÂÂdaÂpaÂtan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp 980 triliun. MenurutÂnya, dana itu sangat kecil dan mengakibatkan proÂduksi kurang serta kesejahÂteraan petani maÂkin di bawah standar.
“Saat ini hanya 5 persen atau seÂkitar Rp 65 triliun dan itu meÂliputi pembelian benih, pupuk dan perÂbaikan irigasi. KetahaÂnan paÂngan bangsa Indonesia ini jaÂngan seÂpenuhnya diserahÂkan paÂda petani kecil dong,†tandasnya. [rm]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: