Berita

Ilustrasi/AI

Publika

Ribuan Server di Balik Visual Ne Zha 2

MINGGU, 13 APRIL 2025 | 08:11 WIB | OLEH: AHMADIE THAHA

INI refleksi saya usai nonton Ne Zha 2. Ya, di film dua zaman ini, di mana naga menari, lava mengalir bak kuah bakso, dan bocah dewa bernama Ne Zha meluncur bebas bagai pesawat tempur, ada satu pahlawan yang tak pernah muncul di poster atau layar lebar: komputasi super.

Betul, di balik visual efek dahsyat yang memukau Ne Zha 2 -- film yang baru saja menyalip The Battle at Lake Changjin sebagai film terlaris sepanjang masa di China, bahkan hampir di dunia — tersembunyi kekuatan yang lebih sakti dari Ne Zha itu sendiri: server.

Tepatnya, ribuan server kokoh di Gui’an Supercomputing Center, sebuah fasilitas yang tidak kalah sibuknya dengan dapur restoran di malam tahun baru. Sekitar lima persen pengerjaan film yang sedang diputar di bioskop ini, dikerjakan di fasilitas render canggih China ini.


Menurut Xia Hai, Direktur Departemen Pembangunan dan Konstruksi di Gui’an New Area Science and Technology Innovation Industry Development Co, semua adegan spektakuler dalam film Ne Zha 2 -- dari pusaran air naga raja hingga lava merah yang mengalir -- tak mungkin terjadi tanpa bantuan komputasi bertenaga raksasa.

Mari kita refleksikan: zaman dahulu, pembuat film hanya perlu kamera, aktor bersemangat, dan mungkin seekor ayam untuk adegan dramatis. Hari ini? Tanpa ribuan prosesor sibuk bekerja 24 jam sehari, bahkan setitik buih air pun tak bisa muncul di layar. Era digital dan AI memang telah mengubah “aksi” menjadi “render”.

Agar Ne Zha 2 bisa menyajikan visual yang membuat mata terbelalak dan otak terengah-engah, dibutuhkan 20.000 server yang bekerja siang malam, lebih rajin dari sebagian manusia. Pusat data Gui’an itu mampu memproses hingga satu exaFLOP (ya, itu satu miliar miliar operasi per detik).

Kebutuhan listrik untuk server-server itu konon bisa menyalakan satu kota kecil. Pusat data Gui’an mengkonsumsi sekitar 50 megawatt listrik -- cukup untuk menghidupkan 50.000 rumah secara bersamaan. Tapi juga perlu kipas pendingin super karena jika tidak, server-server ini akan mendidih seperti panci sup.

Dan jangan lupa, semua ini hanya untuk satu film animasi. Kalau Ne Zha punya saudara kembar yang juga harus dikerjakan untuk sequel berikutnya, mungkin mereka perlu membangun satu pembangkit listrik baru hanya untuk itu. Tapi jangan khawatir, China tak akan mundur.

Di China, industri animasi kini menjadi medan perang para pemangku server. Perusahaan render seperti Base FX, Original Force, dan Light Chaser Animation berlomba-lomba membangun pusat komputasi sendiri, atau menyewa ke pusat data kolosal seperti Gui’an.

Tapi ini bukan kisah indah tanpa noda. Banyak studio kecil harus menyewa komputasi dengan harga tinggi, dan kadang terpaksa mengantre berhari-hari hanya untuk me-render satu adegan. Bayangkan menunggu tiga hari penuh hanya untuk melihat naga berkedip.

Bahkan, beberapa studio animasi memilih outsourcing ke provinsi-provinsi dengan tarif listrik lebih murah. Industri film-film animasi yang dikagumi generasi kita ini bukan hanya soal kreativitas, tapi juga soal logistik, energi, dan kapital.

Lalu, bagaimana dengan kita? Di Indonesia, realitasnya masih agak berbeda. Persisnya, jauh bedanya. Industri animasi lokal masih banyak bergantung pada server-server biasa yang mendekati pensiun dini, render farm mini di ruang tamu. Dan tentu saja, doa para animator.

Belum ada pusat superkomputer publik skala nasional yang bisa disewa untuk proyek kreatif. Beberapa studio besar mengandalkan layanan cloud internasional (Amazon Web Services, Google Cloud, Alibaba Cloud), namun harganya sering membuat kantong jebol sebelum filmnya selesai.

Ironisnya, di tengah gempuran Tiongkok membangun data center raksasa untuk film animasi, kita masih meributkan apakah perlu “upgrade RAM” di lab multimedia atau cukup “install ulang Windows”. Mau menambah satu kartu grafis RTX 3090 saja mikirnya lama.

Lantas, apa yang harus kita lakukan? Ne Zha 2 bukan sekadar sukses hiburan. Ia adalah pengingat keras bahwa kreativitas masa kini butuh fondasi teknologi yang kuat. Mau buat film animasi, game, atau bahkan aplikasi AI? Butuh komputasi skala besar.

Jika Indonesia ingin menjadi pemain besar di industri kreatif digital, kita harus mulai membangun pusat komputasi nasional yang terjangkau untuk pelaku industri kreatif. Juga meningkatkan literasi teknologi di kalangan seniman dan kreator.

Kita dorong investasi energi terbarukan agar data center tak menambah beban lingkungan. Karena dalam dunia baru ini, siapa yang menguasai server, dia yang menguasai cerita. Jika tidak? Ya, hanya bisa duduk di bioskop, kagum melihat Ne Zha jungkir balik di layar — sambil bertanya-tanya, “Kenapa naga kita masih bentuk kertas?”

*Penulis adalah Pemerhati Kebangsaan, Pengasuh Pondok Pesantren Tadabbur Al Quran



Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Berjuang Bawa Bantuan Bencana

Kamis, 04 Desember 2025 | 05:04

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

UPDATE

Platform X Setor Denda ke Negara Atas Pelanggaran Konten Pornografi

Minggu, 14 Desember 2025 | 10:04

Prabowo Komitmen Tindak Tegas Pembalakan Liar di Sumatera

Minggu, 14 Desember 2025 | 10:02

KPK Sebut Temuan BPK Soal Penyelenggaraan Haji Tahun 2024 Jadi Informasi Tambahan

Minggu, 14 Desember 2025 | 09:43

Prabowo Pastikan Distribusi Pangan Jangkau Wilayah Bencana Terisolasi

Minggu, 14 Desember 2025 | 09:16

Cuaca Jabodetabek Cenderung Cerah Berawan di Akhir Pekan

Minggu, 14 Desember 2025 | 09:01

Koalisi Permanen Perburuan Kekuasaan atau Kesejahteraan Rakyat?

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:51

KPK Masih Telusuri Dugaan Alur Perintah Hingga Aliran Uang ke Bupati Pati Sudewo

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:17

JEKATE Running Series Akan Digelar di Semua Wilayah Jakarta

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:08

PAM Jaya Didorong Turun Tangan Penuhi Air Bersih Korban Banjir Sumatera

Minggu, 14 Desember 2025 | 07:40

PKS Jakarta Sumbang Rp 1 M untuk Korban Bencana Sumatera

Minggu, 14 Desember 2025 | 07:31

Selengkapnya