Berita

Foto ilustrasi/Ist

Bisnis

Saham Semen Melonjak Kokoh, IHSG Cuma Turun 0,26 Persen

KAMIS, 03 OKTOBER 2024 | 16:33 WIB | OLEH: ADE MULYANA

Di tengah pesimisme yang masih bergelayut, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terlihat berupaya mengikis penurunan di sesi perdagangan sore ini, Kamis 3 Oktober 2024. Secara keseluruhan, gerak IHSG masih konsisten menapak zona merah di sepanjang sesi hari ini meski sempat mengawali sesi pagi dengan naik tipis.

Tiadanya suntikan sentimen domestik yang positif membuat pelaku pasar di Jakarta kesulitan untuk sekedar menahan IHSG dari keruntuhan lebih dalam. Terlebih, jalannya sesi perdagangan di bursa global yang melingkupinya cenderung bernada pesimis. Bahkan laporan terkini dari sesi awal perdagangan di Eropa memperlihatkan gerak suram yang tak terbantahkan. Seluruh Indeks di bursa utama Eropa seragam menjejak zona merah dalam kisaran yang bervariasi.

Sentimen dari eskalasi perang di kawasan Timur Tengah menjadi sumber kekhawatiran dan sikap pesimis pelaku pasar. Serangkaian laporan sebelumnya menyebutkan, spekulasi yang berkembang liar terkait aksi balasan Israel yang mungkin menargetkan pertambangan minyak Iran.

Sementara gerak Indeks yang mixed di Asia lebih disokong oleh sentimen domestik, seperti yang terjadi pada indeks Nikkei. Sebagaimana dilaporkan sebelumnya, lonjakan tajam Indeks Nikkei yang dilatari oleh pernyataan Perdana Meteri baru Jepang, Shigeru Ishiba yang mendorong pemindahan penaikkan suku bunga oleh Bank Sentral Jepang, BoJ.

Indeks Nikkei kemudian menutup sesi dengan melambung tajam 1,97 persen di 38.552,06 setelah sempat melonjak lebih curam hingga di atas 2 persen. Kinerja positif Indeks Nikkei terkesan kontras dengan Indeks ASX200 (Australia) yang harus menutup sesi dengan naik sangat tipis 0,09 persen di 8.205,2. Pantauan menunjukkan, Indeks ASX200 yang berulangkali terdampar di zona penurunan tipis namun mampu beralih positif. Laporan juga menyebutkan, rilis neraca dagang terkini Australia yang mengesankan dengan membukukan kenaikan surplus, tak mampu mengangkat Indeks ASX200 lebih signifikan.

Pantauan menunjukkan, gerak Indeks ASX200 yang konsisten berada di rentang sempit di sepanjang sesi. Kinerja kurang bersahabat juga diperlihatkan IHSG di Jakarta. IHSG menutup sesi dengan turun moderat 0,26 persen di 7.543,82.

Laporan lebih lanjut dari jalannya sesi perdagangan kali ini menunjukkan, gerak harga saham produsen semen terbesar nasional, PT Semen Indonesia yang kembali mampu membukukan lonjakan tajam. Saham berkode SMGR itu tercatat telah tiga hari terakhir secara beruntun membukukan lonjakan signifikan. SMGR menutup sesi hari ini dengan melompat kokoh 3,58 persen. dengan menginjak posisi Rp4.040.

Sementara kinerja saham unggulan lain yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan terlihat masih sulit bangkit dari zona merah, seperti: BBRI, ICBP, TLKM, BBCA, ADRO, UNTR serta UNVR. Saham unggulan tercatat menyisakan BMRI, ASII, BBNI dan HRUM yang mampu bertahan hijau.

Rupiah Terseret PoundsterlingKinerja IHSG yang mulai mampu mengikis kemerosotan, tidak sejalan dengan pantauan di pasar uang. Nilai tukar Rupiah justru semakin terperosok dalam sesi perdagangan sore ini. Pantauan bahkan memperlihatkan, Rupiah yang kini telah menjadi mata uang dengan kinerja pelemahan paling tajam di Asia.

Hingga ulasan ini disunting, Rupiah tercatat ditransaksikan di kisaran Rp 15.415 per Dolar AS alias merosot curam 1,02 persen. Secara keseluruhan, kinerja mata uang Asia terlihat kompak menjejak zona pelemahan dalam rentang bervariasi namun cenderung moderat.

Pelemahan tajam mata uang Asia terlihat terbatas pada trio mata uang ASEAN, yaitu Rupiah, Baht Thailand dan Ringgit Malaysia. Motor dari gerak merosot mata uang Asia masih datang dari sentimen global melemahnya mata uang utama dunia yang dipicu oleh kekhawatiran meluasnya konflik di Timur Tengah. Sentimen terkini lain datang dari Inggris, di mana petinggi bank Sentral Inggris dalam sebuah wawancara, dinilai mensinyalkan penurunan suku bunga. Pernyataan tersebut kemudian menyeret nilai tukar Poundsterling runtuh hingga 1,2 persen sore ini. Keruntuhan tersebut kemudian kian mengukuhkan pelemahan mata uang utama dunia dan juga Asia.

Terkhusus pada Rupiah, sentimen domestik dari rilis data cadangan devisa yang akan dilakukan awal pekan depan, diyakini akan menjadi bekal penting untuk setidaknya menghentikan gerak melemah lebih jauh.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

Jokowi, KKP dan BPN Paling Bertanggung Jawab soal Pagar Laut

Senin, 27 Januari 2025 | 13:26

PDIP: Pemecatan Ubedilah adalah Upaya Pembungkaman KKN Jokowi

Jumat, 31 Januari 2025 | 10:11

UPDATE

Prabowo Pasti Setuju Tunda Larangan LPG 3 Kg di Pengecer

Selasa, 04 Februari 2025 | 07:27

Cuaca Sebagian Jakarta Hujan Ringan

Selasa, 04 Februari 2025 | 06:46

Polri Pangkas Biaya Perjalanan Dinas dan Seminar

Selasa, 04 Februari 2025 | 06:23

Bahlil Lahadalia Sengsarakan Rakyat

Selasa, 04 Februari 2025 | 06:12

Sakit Kanker, Agustiani Minta Status Cekal Dicabut

Selasa, 04 Februari 2025 | 06:07

Coretan “Adili Jokowi” Marak, Pengamat: Ekspresi Kecewa

Selasa, 04 Februari 2025 | 05:38

Perketat Pengawasan Standarisasi Keselamatan Gedung di Jakarta

Selasa, 04 Februari 2025 | 05:28

Papua Segera Kebagian Makan Bergizi Gratis

Selasa, 04 Februari 2025 | 05:22

Hati-hati! 694 Gedung Tak Punya Proteksi Kebakaran

Selasa, 04 Februari 2025 | 04:25

Megawati Harap BMKG Belajar dari Kebakaran di Los Angeles

Selasa, 04 Februari 2025 | 04:19

Selengkapnya