KABEL udara Jakarta makan korban lagi. Pemotor Akbar, 21, lehernya terjerat kabel saat naik motor di Jalan KS Tubun, Slipi, Jakarta Barat, Rabu ((9/8) malam. Untung, ia menghentikan laju motor saat lehernya terjerat. Sehingga cuma luka ringan.
Kaget. Reaksi Pj Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi saat diberitahu wartawan hal itu, Kamis (10/8). “Hah…. Gimana ceritanya?” ujarnya. Ia kaget, sebab dalam pekan ini, sudah tiga orang korban kabel, satu tewas.
Lalu wartawan menceritakan kronologi. Heru geleng-geleng kepala. Kelihatan, ia kecewa dan geram. Ia mengatakan:
“Gimana sih? Makanya gini ya. Sebelum ini semua kejadian yang berentetan, di bulan November 2023 kan kita udah turun. Saya udah kasih tahu.”
Dilanjut: "Nah sekarang saya baru dikasih tau Apjatel nih. Saya minta Apjatel untuk concern. Asbang (Asisten Pembangunan) Pak Affan sudah meminta Apjatel untuk merapikan kabel di area-area strategis, termasuk yang rawan. Itu kita beri waktu satu bulan.”
Akbar adalah korban ketiga yang heboh pekan ini. Heboh pertama, korban mahasiswa Universitas Brawijaya Malang yang mukim di Bintaro, Jakarta Selatan, Sultan Rif’at, 20. Ia tersambit kabel saat naik motor di Jalan Pangeran Antasari, Jakarta Selatan, Kamis, 5 Januari 2023 sekitar pukul 22.00 WIB.
Sultan sudah keluar-masuk rumah sakit tiga kali dalam tujuh bulan ini. Alhasil, ia tak lagi bisa bicara. Makan harus cairan lewat selang. Bahkan, menelan ludah pun tak bisa. Tenggorokan rusak parah.
Kini hari ke sebelas Sultan dirawat di RS Polri Sukanto, Kramatjati, Jakarta Timur. Itu atas bantuan Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Dan kasusnya akan diusut Polri.
Korban ke dua, sopir ojol, Vidam, 31. Saat berkendara mencari penumpang, ia tersangkut kabel di Jalan Brigjen Katamso, Palmerah, Jakarta Barat, Jumat, 28 Juli 2023 sekitar pukul 23.00 WIB. Ia jatuh terpental, lehernya tersangkut kabel.
Vidam dilarikan ke RS Pelni, Slipi, Jakarta Barat. Dirawat di sana. Ia meninggal Kamis, 3 Agustus 2023. Terbaru, leher Akbar tersangkut kabel di Jalan KS Tubun, Slipi, Rabu, 9 Agustus 2023 pukul 22.15 WIB.
Akbar kepada wartawan menceritakan, malam itu ia mengendarai motor sendirian. Ia melambat, karena di depannya ada truk melambat. Truk itu terlilit kabel. Tidak cuma satu kabel, melainkan rangkaian kabel putus menjuntai ke aspal.
Setelah truk melaju, motor Akbar ikut maju. Mendadak, seutas kabel menjerat lehernya. Laju motornya sangat pelan, dan Akbar langsung tarik rem pol. Sehingga ia tidak sampai jatuh dari motor. Ia luka ringan.
Setelah Akbar terlepas dari jerat kabel, warga menggeser kabel dengan batang kayu ke pinggir jalan. Lalu di dekat kabel putus dipasang kursi plastik sebagai penanda, agar pengguna jalan hati-hati.
Kasus Akbar sangat mirip kasus Sultan. Bedanya, di kasus Sultan, kabel tertarik mobil di depannya, lalu melenting sangat cepat ke belakang. Menyambit leher Sultan.
Rabu (9/8) malam Akbar terjerat kabel, Kamis (10/8) siang kabel di lokasi itu diperbaiki. Empat petugas Suku Dinas Bina Marga Jakarta Pusat membenahi rangkaian kabel putus itu. Tim dipimpin Andri, Pelaksana Tugas Sudin Binamarga Jakarta Pusat, mengatakan:
"Ada permintaan melalui aplikasi CRM (Customer Relationship Management) sehingga kami cek. Ternyata memang ada kabel kendor. Jadi kami ikat.”
Rangkaian kabel putus berantakan itu diikat, seperti mengikat rambut. Cuma itu perbaikannya. Selesai.
Tukang parkir di dekat lokasi kabel putus itu bernama Richard, 41, kepada wartawan mengatakan, ia sudah jadi tukang parkir di situ selama 20 tahun. Dan, baru kali ini melihat ada perbaikan kabel.
Richard: “Padahal, di tahun ini ada kira-kira sepuluh orang terjerat kabel. Cuma orangnya tidak lapor polisi, dan wartawan tidak tahu. Sebagian dari banyak kabel yang putus itu, sudah lama putus. Oleh warga dipinggirin aja. Pakai kayu, takut kesetrum.”
Untaian kabel udara di seantero Jakarta sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Dulu hanya kabel PLN, kini ditambah Telkom dan kabel optik jaringan internet. Sebagian di wilayah Jalan Warung Buncit - Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, sudah ditanam di bawah tanah. Juga di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.
Di Jakarta Pusat, kabel bawah tanah di Jalan Sudirman-Thamrin. Juga, kawasan Cikini dan Salemba.
Biaya kabel bawah tanah mahal. Bentuk kabel udara dengan kabel bawah tanah, beda. Harga kabel bawah tanah sekitar sepuluh kali lipat harga kabel udara.
General Manager PLN Disjaya, Ikhsan Asaad kepada wartawan, Kamis (7/11) mengatakan, Harga kabel udara Rp 40.000 per meter, sedangkan harga kabel bawah tanah Rp 400.000 per meter. Belum termasuk pemasangan, berupa penggalian dan membuat terowongan beton, yang bikin tambah macet lalu lintas.
Ikhsan: “Enggak mungkin kami bisa mentanahkan semua kabel di Jakarta. Dana tidak cukup. Ini saja saya mentanahkan sebagian wilayah, lebih kurang butuh Rp 200 miliar.”
Sementara, di Ibu Kota Nusantara (IKN) Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, seluruhnya menggunakan kabel bawah tanah.
Dikutip dari data IKN, sistem listrik (dan kabel-kabel lain) bawah tanah telah diterapkan di Istana Kepresidenan Jakarta untuk di IKN sejak 1 Agustus 2023. Juga, sistem kelistrikan tercanggih se Asia Tenggara.
Disebutkan, kelistrikan berkonsep
state of the art of technology, berbasis pasokan listrik ramah lingkungan, indah dan didukung teknologi pintar.
Selain semua kabel di bawah tanah, trafo, UPS dan genset pun berada di bawah tanah. Kedalaman 10 meter. Dijamin aman dari hujan badai, petir, dan panas matahari, bahkan aman dari banjir. Karena ruang bawah tanah itu selain dalam, juga luas. Dilengkapi teknologi pintar.
Seperti apa bentuknya? Kelak Anda akan melihat sendiri.Tragedi jerat kabel di Jakarta terjadi, sebab konsep tata kota dibangun zaman Belanda. ketika Jakarta bernama Batavia, masih sepi, dulu. Sekarang, untuk mengubah jadi kabel bawah tanah butuh perjuangan luar biasa keras. Sedangkan di IKN lahan kosong yang baru dibentuk.
Maka, jika Gubernur DKI, Heru, kaget mendengar ada orang terjerat kabel, juga aneh. Karena sudah pasti, centang-perenang kabel-kabel tua di atas jalanan Jakarta itu bakal putus. Tinggal tunggu giliran, leher pemotor mana yang bakal tersambit.
Penulis adalah wartawan senior