Menteri Pertahanan Ukraina, Oleksii Reznikov/Net
Ukraina bersedia menerima China sebagai mediator dalam negosiasi damai dengan Rusia, asalkan negara itu dapat memastikan bahwa Moskow akan menarik pasukannya dari seluruh wilayah yang mereka rebut.
Begitu yang diungkapkan Menteri Pertahanan Ukraina, Oleksii Reznikov, pada Minggu (11/6), sebagai respon terhadap upaya yang ditawarkan China untuk menyelesaikan negosiasi damai.
“Beri saya bukti bahwa Rusia siap untuk hidup berdampingan secara damai dengan Ukraina. Sinyal pertama haruslah pembebasan penuh wilayah Ukraina. Biarkan mereka menunjukkan niat baik kepada kami dan menarik angkatan bersenjata mereka dari wilayah Ukraina," katanya.
“Setelah itu, kami yakin negosiator ini memiliki pengaruh di Rusia. Jika tidak, maaf, untuk (alasan) apa kita akan duduk dan membuang waktu kita?" tambahnya.
Tanggapan itu dilontarkan Reznikov kepada
The Straits Time, setelah utusan khusus China untuk Eurasia, Li Hui, melakukan kunjungannya ke Ukraina, Rusia, dan ibu kota Eropa, dalam rangka mencari titik temu untuk mengakhiri perang berdarah.
Dalam pernyataannya Reznikov mengakui bahwa China tampaknya memiliki pengaruh atas Rusia, tetapi dirinya masih tetap skeptis mengenai niat negara itu untuk terus maju dalam penyelesaian konflik tersebut.
“Persepsi saya adalah bahwa China (telah menjadi) kakak laki-laki dan Rusia sebagai adik laki-laki. Kakak laki-laki dapat membujuk adik laki-laki untuk menghentikan perang berdarah ini," ujar Reznikov.
Namun, peran tersebut masih terus menjadi perdebatan dengan kenetralan Beijing yang terus dipertanyakan, mengingat pada 2022 lalu sebelum invasi, kedua negara itu menyatakan hubungan persahabatannya yang erat dan tanpa batas.
Saat ini perang tersebut diperkirakan akan memasuki fase yang menentukan, dengan Ukraina dilaporkan siap meluncurkan serangan balasan terhadap pasukan Rusia dengan dukungan militer canggih dari sekutu Barat.
Menhan negara itu menyatakan keyakinannya bahwa Ukraina akan memenangkan perang tersebut karena mendapat dukungan serius dari negara lain dalam bentuk politik, ekonomi, dan militer. Meskipun sejauh ini ia masih mengkhawatirkan keselamatan di pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia yang dikuasai Rusia, karena akan menyebabkan kehancuran mengingat kondisinya yang tidak dirawat dengan baik.
Rezkinov lebih lanjut mengakui bahwa Ukraina telah menderita kerugian besar dalam perang ini, tetapi dia yakin bahwa kekalahan Rusia hanya masalah waktu belaka.
Setelah kekalahan Rusia, Ukraina disebut akan mencari ganti rugi atas kekejaman perang, membawa penjahat perang ke pengadilan, dan merencanakan masa depan dengan memiliki jaminan nyata atas kemerdekaan, kedaulatan, dan kemakmuran mereka.