Berita

Adisurya Abdy dan Akhlis Suryapati/Ist

Politik

Masyarakat Perfilman Aktifkan Radar Calon Pemimpin dan Soroti Polarisasi

Adisurya Abdy: Muhadjir Hadir sebagai Penyeimbang

SABTU, 06 MEI 2023 | 10:48 WIB | LAPORAN: ACHMAD RIZAL

Masyarakat perfilman Indonesia menilai Muhadjir Effendy, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), sangat pas masuk radar calon pemimpin nasional.

Bagi masyarakat perfilman, penilaian didasarkan pada rekam jejak Muhadjir yang peduli dan concern terhadap film nasional dan kebudayaan secara umum.

Aspirasi masyarakat perfilman Indonesia itu diartikulasikan dua tokoh film, Adisurya Abdy dan Akhlis Suryapati, dalam tayangan YouTube melalui Channel Cinema Society. Tayangan berdurasi 11.26 menit itu bertajuk "Muhadjir Masuk Radar Calon Pemimpin". Ditayangkan pertama kali pada 3 Mei 2023.

Adisurya Abdy merupakan tokoh senior perfilman, pernah menyutradarai Roman Picisan dan asisten sutradara Gita Cinta dari SMA. Dia mendirikan rumah produksi Asbellina yang memproduksi banyak film, antara lain Buku Harian I sampai Buku Harian III, Asmara. Dia juga menggarap sinetron, dan menjabat Sekretaris Parfi 1989-1992.

Sedang Akhlis Suryapati merupakan sutradara terkenal, Ketua Sinematek Indonesia. Dia juga dikenal sebagai penyair, penulis naskah film. Pernah menjadi wartawan dan anggota Lembaga Sensor Film (LSF).

Masyarakat film berharap Pilpres 2024 menghasilkan pemimpin, entah itu presiden atau wakil presiden yang peduli dan concern terhadap kemajuan perfilman Indonesia, yang memiliki kesadaran bahwa film merupakan pranata sosial yang mampu membentuk pembangunan kebudayaan dan peradaban.

Untuk itu masyarakat film merasa perlu menyampaikan aspirasinya, agar tidak kaget ketika muncul pemimpin-pemimpin baru.

“Dari nama-nama calon presiden dan wakil presiden yang ada sekarang, sulit menemukan nama yang betul-betul sudah memberikan kerja nyata, tindakan nyata terhadap kemajuan perfilman. Saya cuma melihat ada satu, Muhadjir Effendy,” kata Adisurya Abdy.

Menurutnya, Muhadjir memiliki rekam jejak jelas terkait kepedulian terhadap kemajuan film nasional. Dia mencontohkan pada saat Muhadjir memulai menjadi Mendikbud pada Kabinet Jokowi Jilid Satu, share film Indonesia itu cuma 16 persen. Tetapi saat dia mengakhiri jabatannya, share film Indonesia meningkat lebih 50 persen. Artinya terjadi peningkatan signifikan.

Muhadjir, kata dia, menjadi penonton yang mengikuti film Indonesia. Dia selalu mendorong orang menonton film Indonesia. Bahkan kadang-kadang dia menghimpun orang untuk nonton bareng film Indonesia.

“Jangan lupa, dia mendukung sepenuhnya orang film menjadi pahlawan nasional, yaitu Usmar Ismail. Kalau dia tidak memberikan dukungan, tidak mungkin terwujud. Dan yang menarik lagi, di dunia ini pahlawan nasional dari film kayaknya hanya Indonesia,” tegas Abdy.

Penyeimbang
Sementara Akhlis Suryapati mengatakan, Muhadjir hadir dan berpidato pada peringatan 100 tahun LSF. Dia hadir dan menunjukkan kepedulian terhadap film. Bahkan sampai sekarang, dia tetap peduli. Misalnya menyediakan billboard,  dia perintahkan videotron untuk promosi film Indonesia.

“Ketika ada produser baru yang filmnya terhambat beredar di bioskop, lantas mengadu kepada Muhadjir, dia langsung turun tangan,” ujar Akhlis.

Adisurya juga mengatakan, Muhadjir juga peduli kepada kebudayaan secara umum seperti tari. Dia juga santun, agamanya kuat. Secara intelektual mumpuni. Dia sering menjadi pelaksana tugas menteri, jika menterinya ada sesuatu hal, itu menunjukkan dia itu mumpuni.

“Dia juga kerap diberi tugas-tugas baru. artinya, kepercayaan kepada Muhadjir mumpuni,” katanya.

Karakter Muhadjir yang kalem, santun, tidak progresif, pada satu sisi mengakibatkan elektabilitasnya rendah. Tetapi pada sisi lain, justru sosok semacam ini yang dibutuhkan sebagai penyeimbang.

“Indonesia kan sekarang dalam polarisasi yang tajam, yang disebut kanan dan kiri, atau agama dengan nasionalis, atau kemapanan dengan perubahan. Yang dibutuhkan adalah bagaimana sosok yang mampu dalam keseimbangan,” kata Akhlis.
 
“Jangan lupa, pemimpin itu perlu penyeimbang. Di situlah tempat Muhadjir,” tegas Adisurya Abdy.

Populer

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

Nyanyian Riza Chalid Penting Mengungkap Pejabat Serakah

Minggu, 09 Maret 2025 | 20:58

Polda Metro Didesak Segera Periksa Pemilik MNC Asia Holding Hary Tanoe

Minggu, 09 Maret 2025 | 18:30

Bos Sritex Ungkap Permendag 8/2024 Bikin Industri Tekstil Mati

Senin, 03 Maret 2025 | 21:17

UPDATE

Menteri PANRB Jangan Jadi Firaun Baru

Selasa, 11 Maret 2025 | 07:13

Kemenkeu Belum Rilis APBN 2025, Rocky Gerung: Ada Data yang Disembunyikan?

Selasa, 11 Maret 2025 | 06:45

Kejar Sampai Banyumas, Polisi Tangkap Pelaku Pembunuhan Ibu dan Anak di Tambora

Selasa, 11 Maret 2025 | 06:31

Gubernur Jateng Optimistis Capai Target Pangan 11 Juta Ton

Selasa, 11 Maret 2025 | 06:16

Terlena Naturalisasi dan Tendangan Erick

Selasa, 11 Maret 2025 | 06:01

Dijemput Paksa, Pengusaha Haji Alim Dijebloskan Kejari Muba ke Rutan Palembang

Selasa, 11 Maret 2025 | 05:58

Impor Gula Vs Penghuni Usus

Selasa, 11 Maret 2025 | 05:56

Kekayaan Menteri PU Dody Hanggodo di LHKPN, Sering Pakai Ikat Pinggang Hermes

Selasa, 11 Maret 2025 | 05:51

LPH Quality Syariah Dukung BPJPH Jadikan Indonesia Pusat Halal Dunia

Selasa, 11 Maret 2025 | 05:42

Buntut Penundaan Pelantikan, Ratusan CPPPK Banjarnegara Ancam Geruduk Jakarta

Selasa, 11 Maret 2025 | 05:18

Selengkapnya