Berita

Logo PSSI/Net

Dahlan Iskan

Barang Enak

JUMAT, 27 JANUARI 2023 | 05:18 WIB | OLEH: DAHLAN ISKAN

DUA barang enak yang dicampur menjadi satu harusnya menjadi sangat enak. Tidak begitu kalau yang dicampur itu soto enak dengan tembakau enak. Atau kopi enak dengan dawet enak.

Pengurus PSSI itu mirip-mirip seperti campuran barang-barang enak seperti itu. Soal rasa akhirnya tergantung yang dicampur dan yang mencampur.

Memang praktik selama ini sangat ideal dan demokratis: Ketua Umum dipilih oleh kongres. Setelah itu wakil ketua umum pun dipilih oleh kongres. Lalu anggota Exco, 12 orang, juga dipilih oleh kongres.

Itu mirip presiden dan wakil Presiden dipilih sendiri-sendiri di Pemilu. Tidak dalam satu paket. Apakah setelah terpilih nanti keduanya nanti bisa bekerja sama itu soal lain. Bahkan ibarat di pemerintahan, para menterinya pun dipilih lewat Pemilu.

Maka hasil kongres PSSI, bulan depan, adalah ibarat 14 barang enak dicampur jadi satu. Itulah pengurus PSSI hasil kongres. Maafkan, Anda belum tahu: PSSI adalah Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia.

Calon ketua umum harus mendaftar dulu dan mendapat pengesahan dari satu komite. Calon wakil ketua umum juga begitu. Pun para calon anggota Exco, yang nanti akan jadi pengurus PSSI.

Dari daftar nama yang sudah mendaftar terlihat memang banyak pilihan. Bagus semua. Bisa dibilang enak semua. Soal apakah setelah terpilih nanti, lalu dicampur nanti, bisa menghasilkan pengurus yang enak itu soal lain. Dari proses seperti itulah semua orang berharap bisa memajukan sepak bola Indonesia.

Ditinjau dari segi ilmu manajemen, proses seperti itu sulit menghasilkan terbentuknya satu dream team di kepengurusan PSSI. Maka wajar kalau hasilnya juga seperti yang Anda sudah tahu.

Proses tidak pernah mengkhianati hasil. Proses pembentukan pengurus seperti itu juga tidak akan mengkhianati hasil: hasil yang buruk.

Aturan seperti itu tercantum dalam AD/ART PSSI. Yang disahkan oleh lembaga sepak bola dunia: FIFA. Tentu Kongres punya wewenang mengubahnya. Kalau mau. Kalau bisa.

Presiden SBY pernah gemes melihat PSSI. Lalu mencoba turun tangan. Gagal. Terbentur mekanisme organisasi seperti itu. Pemerintah, sesuai dengan aturan  FIFA, tidak boleh intervensi ke dalam organisasi sepak bola.

Presiden Jokowi juga gemes. Tapi berhasil intervensi. Ketua umum PSSI tergusur. Dengan segala konsekuensi. Tapi tidak sampai berhasil melakukan reformasi di tubuh PSSI.

Ketua umum PSSI yang sekarang tidak perlu digusur. Beliau sudah mengundurkan diri. Bisa dengan mudah dipilih ketua umum yang baru. Juga wakil ketua umum. Dan anggota Exco.

Pemerintah juga sudah terlihat punya calon: Eric Thohir, menteri BUMN. Ia juga orang gila sepak bola. Ia pernah sampai  menjadi pemilik klub sepak bola dunia, Inter Milan.

Apakah Eric pasti terpilih?

Tidak hanya bola yang bundar. Bumi manusia juga bundar. Dan kongres PSSI dilaksanakan di bumi manusia itu: tergantung pemilik suara dalam kongres.

Sayangnya pemilik suara itu sangat bervariasi dalam hal keinginan untuk memajukan sepak bola. Pemilik suara itu adalah para ketua asosiasi sepak bola provinsi. Masing-masing punya satu suara.

Di luar asprov dan klub liga 1, 2, dan 3. Ada juga asosiasi pelatih, sepak bola wanita, dan futsal. Total 87 voter.

Komposisi hak suara seperti itu juga menjadi problem di cabang olahraga lainnya. Betapa banyak provinsi yang tidak memperhatikan pembinaan sepak bola. Anda pun tidak pernah mendengar: di provinsi mana ada kegiatan sepak bola apa. Mereka tetap punya hak suara yang sama dengan provinsi yang gila sepak bola.

Sedang pemilik klub, manusia yang paling gila sepak bola, juga hanya punya satu suara. Gila dan tidak gila punya hak suara yang sama. Banyak yang akhirnya menyesal gila.

Benar. Terlalu banyak suara yang dipegang oleh mereka yang kurang peduli pada sepak bola. Mereka inilah sumber pendulangan suara dalam kongres. Dengan cara apa pun.

Harusnya prinsip meritokrasi juga berlaku di sepak bola. Siapa yang punya kontribusi terbesar mempunyai hak suara yang lebih besar.

Hak suara provinsi tidak perlu dihapus. Tapi tidak boleh dominan. Terutama provinsi yang tidak serius mengurus sepak bola.

Jelas sekali: yang paling serius memikirkan sepak bola adalah pemilik klub. Bukan hanya serius tapi sudah gila yang tidak pura-pura. Harta, waktu, dan tenaga dicurahkan habis-habisan. Tapi nasibnya ditentukan oleh mereka yang tidak serius. Tragis sekali.

Maka, kalau prinsip meritokrasi kita pegang, baiknya anggota dengan prestasi tertinggi punya suara terbanyak. Misalkan, klub anggota Liga 1 masing-masing punya 10 hak suara. Anggota klub Liga 2 punya hak 5 suara. Klub-klub Liga 3 punya hak 2 suara. Provinsi tetap: masing-masing punya 1 suara.

Tentu komposisi itu bisa didiskusikan. Dipilih yang paling rasional.

Tapi, rasanya, model demokrasi dalam PSSI tidak akan bisa memenangkan pikiran yang paling rasional sekalipun.

Maka setidaknya ada dua hal yang tidak rasional di PSSI: sulitnya terbentuk dream team dalam kepengurusan dan sulitnya merasionalkan hak suara.

Bertriliun uang dibelanjakan hanya untuk mendapat status gila.


Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Pengukuhan Petugas Haji

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:04

Chili Siap Jadi Mitra Ekonomi Strategis Indonesia di Amerika Selatan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:02

Basri Baco: Sekolah Gratis Bisa Jadi Kado Indah Heru Budi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:42

Pemprov DKI Tak Ingin Polusi Udara Buruk 2023 Terulang

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:24

Catat, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 9-10 Mei

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:22

BMKG Prediksi Juni Puncak Musim Kemarau di Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:27

Patuhi Telegram Kabareskrim, Rio Reifan Tak akan Direhabilitasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:05

Airlangga dan Menteri Ekonomi Jepang Sepakat Jalankan 3 Proyek Prioritas Transisi Energi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:00

Zaki Tolak Bocorkan soal Koalisi Pilkada Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:35

Bertemu Wakil PM Belanda, Airlangga Bicara soal Kerja Sama Giant Sea Wall

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:22

Selengkapnya