Berita

pengamat intelijen, keamanan dan militer Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati/Net

Politik

Soal Kebocoran Data, Nuning Kertopati Sebut Belum Siapnya Stakeholder Hadapi Perubahan Siber

RABU, 14 SEPTEMBER 2022 | 00:49 WIB | LAPORAN: IDHAM ANHARI

Kebocoran data sudah menjadi trend global termasuk Indonesia sejak awal pandemi Covid-19. Bocornya data di Indonesia diawali dengan 91 juta akun di Tokopedia lalu berlanjut data di BPJS, KPU, Polri, Pertamina, BI, BUMN dan sejumlah lembaga atau kementerian lainya.

Demikian antara lain pendapat pengamat intelijen, keamanan dan militer Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati soal isu bocornya data yang disebut ulah hecker Bjorka beberapa hari terakhir ini.

Nuning sapaan akrabnya mengatakan, kebocoran data yang cukup menyedot perhatian publik ialah ketika data di Kementerian Kesehatan dan data registrasi nomor seluler di Kominfo dan data pemilih KPU tersebar di internet.
 
“Awalnya kasus kebocoran data ini tidak mendapatkan perhatian publik secara massif, namun dengan hadirnya aktor Bjorka yang viral menyebabkan perhatian masyarakat berpaling,” kata Nuning kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa malam (13/9).

Nuning membeberkan, mengapa Bjorka mendapat perhatian publik lantaran menyerang Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate, lalu mengancam akan membocorkan data leaks istana dan sudah dilakukan.

“Terakhir yang membuat viral karena Bjorka menyerang Denny Siregar sehingga mendapatkan banyak balasan viral di Twitter,” kata Nuning.

Namun inti pokok mengapa data pribadi di Indonesia ini mudah sekali bocor menurut dia kurangnya kesiapan stakeholder dalam menghadapi arus perubahan di dunia siber.

“Penyebab utama banyaknya kebocoran data di tanah air antara lain: ketidaksiapan stakeholder menghadapi arus kencang perubahan siber terlihat dari belum adanya UU PDP, UU KKS yang pada akhirnya lembaga negara serta kementrian ini tanpa petunjuk jelas dan tegas dalam melakukan digitalisasi serta pengamanan siber di Lembaga masing-masing,” pungkas Nuning.

Lalu, penyebab lainya menurut dia, adalah banyaknya sistem informasi aplikasi yang dibangun lebih dari 24 ribu aplikasi dan lebih dari 2.700 database yang hanya memiliki sistem pengamanan seadanya.

“Bahkan aplikasi yang tidak terpakai masih banyak yang online dengan tanpa pengawasan sama sekali, alias diabaikan,” ungkap dia.

Disamping itu, kesadaran keamanan informasi belum dimiliki oleh pemimpin dan kesadaran masyarakat juga masih sangat lemah lantaran masih menganggap ancaman siber itu tidak nyata.

“Padahal siber ini senjata yang paling ampuh untuk kuasai dunia,” pungkas Nuning.


Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Pengukuhan Petugas Haji

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:04

Chili Siap Jadi Mitra Ekonomi Strategis Indonesia di Amerika Selatan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:02

Basri Baco: Sekolah Gratis Bisa Jadi Kado Indah Heru Budi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:42

Pemprov DKI Tak Ingin Polusi Udara Buruk 2023 Terulang

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:24

Catat, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 9-10 Mei

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:22

BMKG Prediksi Juni Puncak Musim Kemarau di Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:27

Patuhi Telegram Kabareskrim, Rio Reifan Tak akan Direhabilitasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:05

Airlangga dan Menteri Ekonomi Jepang Sepakat Jalankan 3 Proyek Prioritas Transisi Energi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:00

Zaki Tolak Bocorkan soal Koalisi Pilkada Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:35

Bertemu Wakil PM Belanda, Airlangga Bicara soal Kerja Sama Giant Sea Wall

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:22

Selengkapnya