Perdana Menteri Guinea Mohamed Beavogui/Net
Amerika Serikat dan sekutunya telah menekan negara-negara lain untuk bergabung dengan kampanye sanksi mereka terhadap Rusia.
Namun, justru opsi netral yang dipilih sebagian besar negara di benua Afrika. Mereka berharap bisa memberikan kesempatan kepada pihak yang bertikai untuk diplomasi, dan yang paling penting mereka akan fokus pada masa depan ekonomi serta politik mereka sendiri di dunia yang mengalami perubahan radikal.
Pandangan itu terungkap saat para pemimpin Afrika berkumpul di KTT Pemerintah Dunia di Dubai, Uni Emirat Arab, baru-baru ini.
“Kami abstain karena kami ingin dunia memberi kesempatan diplomasi,†kata Wakil Presiden Philip Mpango dari Tanzania, menurut laporan
The National, Kamis (31/3).
Mpango mengacu pada suara pemerintahnya di Majelis Umum PBB pada 2 Maret, tentang resolusi tidak mengikat yang menyerukan Rusia untuk menarik diri dari Ukraina didukung oleh 141 anggota PBB, dengan lima suara menentang dan 35 abstain – termasuk 17 negara Afrika.
Mpango mengatakan bahwa benua Afrika saat ini sedang melalui "waktu yang penting" dan fokus pada transformasi perdagangan dari kolonial ke Afrika, yang melakukan lebih banyak bisnis dengan dunia timur.
"Ini adalah kesempatan bagi Afrika untuk membuat kemajuan, dengan mendiversifikasi budayanya dan menggunakan teknologi untuk berinteraksi lebih baik dengan dunia," katanya.
“Kami menyaksikan pergeseran, terutama dengan kebangkitan China dan India di panggung ekonomi global,†jelas Mpango.
Perdana Menteri Guinea Mohamed Beavogui yang juga hadir mengatakan, keadaan global yang berubah adalah kesempatan bagi negara-negara Afrika untuk menempa jalan baru bagi diri mereka sendiri.
“Selama bertahun-tahun orang mengatakan: jangan khawatir tentang perang, itu hanya di Afrika. Sekarang perang ada di tengah Eropa dan tiba-tiba kita disuruh memilih,†kata Beavogui.
“Kami ingin melihat apakah mungkin membuat orang-orang di sekitar meja untuk berbicara satu sama lain," lanjutnya.
Perdana Menteri Robinah Nabbanja dari Uganda sementara itu mengatakan, Afrika memiliki masalahnya sendiri yang membutuhkan perhatian pemerintah.
“Kami memiliki lebih banyak masalah dan abstain adalah cara diplomasi,†katanya.
Awal pekan ini, pasukan Uganda bentrok dengan pemberontak M23 yang didukung Rwanda yang menyeberang dari Kongo timur. Saat pasukan Kongo dan pemberontak bertempur, sebuah helikopter misi penjaga perdamaian PBB jatuh di daerah itu, menewaskan 8 perwira di dalamnya.
Itu tidak berarti bahwa konflik antara Moskow dan Kiev tidak mempengaruhi benua itu. Karena sebagian besar Afrika mengimpor gandum dari Rusia dan Ukraina, tetapi perdagangan telah terganggu karena operasi militer serta sanksi Barat.
“Kami telah menyaksikan kenaikan harga pangan yang cepat, kami juga melihat biaya pupuk naik dan harga baja naik,†kata Mpango dari Tanzania.