Presiden Prancis Emmanuel Macron/Net
Keputusan negara-negara Barat untuk tidak membayar tagihan gas dengan mata uang Rusia dikuatkan lewat pernyataan terbaru Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Seorang pejabat Elysee yang dikutip Reuters pada Selasa (29/3) menyampaikan bahwa Macron telah mengatakan kepada Putin, mustahil bagi klien Barat untuk membayar gas dalam mata uang Rusia.
"Prancis menentang pembayaran dalam rubel," kata pejabat yang tidak disebutkan namanya itu.
Putin sebelumnya telah memerintahkan bank sentral Rusia dan raksasa energi Gazprom untuk menyiapkan proposal pembayaran gas dari negara-negara "tidak ramah" yang menggunakan mata uang rubel.
Rencana itu ditolak oleh UE dan G7 sebelumnya pada Selasa. Di hari yang sama, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa Rusia tidak akan memasok gas alam ke pasar Eropa secara gratis, karena euro dan dolar tidak akan diterima mulai 31 Maret.
Awalnya, daftar "negara tidsk bersahabat" Rusia hanya berisi AS dan Republik Ceko. Namun kemudian meluas secara signifikan pada bulan Maret setelah sanksi ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dikenakan di Moskow oleh Barat.
Sekarang daftar itu termasuk semua anggota Uni Eropa, Ukraina, Inggris, Kanada, Jepang, dan negara-negara yang mengutuk serangan Rusia di Ukraina.
Pada hari Senin, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengumumkan bahwa warga "negara yang tidak bersahabat" akan segera terkena sanksi visa yang membatasi masuk ke negara itu.