Berita

Sekjen PAN Eddy Soeparno/Net

Politik

Sekjen PAN Sayangkan Kementrian Terkait Tak Responsif Antisipasi Mogok Pedagang Tempe Tahu

KAMIS, 24 FEBRUARI 2022 | 19:24 WIB | LAPORAN: RAIZA ANDINI

Harga kedelai yang semakin mahal dan langka di pasaran membuat sejumlah pedagang tahu dan tempe menggelar aksi mogok produksi.

Terkait hal ini, Sekjen PAN Eddy Soeparno meminta Kementrian Perdagangan, Pertanian dan lembaga terkait bergerak cepat agar pedagang tahu dan tempe tidak gulung tikar dan masyarakat tidak terbebani kenaikan biaya dari kedua jenis makanan yang sudah jadi konsumsi wajib sehari- hari itu.

Menurut Eddy, langkah mensubsidi adalah jawaban jangka pendek agar harga kedelai kembali terjangkau untuk masyarakat dan pedagang kembali berproduksi. Padahal seharusnya, kementrian terkait harus lebih responsif dalam mengantisipasi mogoknya pedagang tahu dan tempe ini.


"Seharusnya naiknya harga kedelai dan mogok produksi pedagang tempe-tahu ini sudah diantisipasi kementerian terkait. Kenapa terkesan tidak siap dan setelah kejadian baru mengambil tindakan? Sekarang solusi yang harus segera dilakukan oleh pemerintah adalah membantu para pedagang agar harga kedelai kembali stabil dan terjangkau serta produksi bisa kembali berjalan,” ucapnya.

"Kebijakan ini juga bentuk keberpihakan pemerintah pada pengrajin tahu dan tempe yang didominasi UMKM,” imbuhnya.

Solusi jangka pendek ini, kata Eddy, adalah konsekuensi ketergantungan impor yang besar terhadap kedelai. Data dari YLKI menyebut kebutuhan kedelai dalam negeri setiap tahunnya adalah 3 juta ton. Sementara budi daya dan suplai kedelai dalam negeri hanya mampu 500 hingga 750 ton per tahunnya.

"Harga kedelai naik ini kan terus berulang setiap tahun. Karena itu untuk solusi jangka panjang, Kementerian Perdagangan maupun Kementerian Pertanian seharusnya merancang desain kemandirian dan kedaulatan pangan seperti cita-cita Presiden Jokowi dan tidak lagi tergantung pada impor kedelai,” katanya.

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI ini juga meminta kementerian yang bertanggung jawab atas mahalnya harga kedelai ini memberikan informasi yang sejelas-jelasnya dan tidak mengada-ada

"Seperti misalnya kemarin menyalahkan Babi di China atau perubahan iklim di Amerika. Saya kira yang dibutuhkan bukan excuse tapi tindakan segera karena kedelai sudah menjadi kebutuhan sehari-hari rakyat,” demikian Eddy.


Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Berjuang Bawa Bantuan Bencana

Kamis, 04 Desember 2025 | 05:04

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

UPDATE

12 Orang Tewas dalam Serangan Teroris di Pantai Bondi Australia

Minggu, 14 Desember 2025 | 19:39

Gereja Terdampak Bencana Harus Segera Diperbaiki Jelang Natal

Minggu, 14 Desember 2025 | 19:16

Ida Fauziyah Ajak Relawan Bangkit Berdaya Amalkan Empat Pilar Kebangsaan

Minggu, 14 Desember 2025 | 19:07

Menkop Ferry: Koperasi Membuat Potensi Ekonomi Kalteng Lebih Adil dan Inklusif

Minggu, 14 Desember 2025 | 18:24

Salurkan 5 Ribu Sembako, Ketua MPR: Intinya Fokus Membantu Masyarakat

Minggu, 14 Desember 2025 | 18:07

Uang Rp5,25 Miliar Dipakai Bupati Lamteng Ardito untuk Lunasi Utang Kampanye Baru Temuan Awal

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:34

Thailand Berlakukan Jam Malam Imbas Konflik Perbatasan Kamboja

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:10

Teknokrat dalam Jerat Patronase

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:09

BNI Dukung Sean Gelael Awali Musim Balap 2026 di Asian Le Mans Series

Minggu, 14 Desember 2025 | 16:12

Prabowo Berharap Listrik di Lokasi Bencana Sumatera Pulih dalam Seminggu

Minggu, 14 Desember 2025 | 16:10

Selengkapnya