Berita

Spanduk dari Ikatan Keluarga Besar UI “Cabut Mandat Jokowi, Tidak Becus urus Negara”/Net

Publika

Reuni 212 dan Ketakutan terhadap People Power

KAMIS, 02 DESEMBER 2021 | 16:14 WIB | OLEH: SYAFRIL SJOFYAN

JAUH hari semenjak PA 212 memberitakan akan mengadakan Reuni 212, kalangan Istana mulai “kelabakan”. Tentunya ada masukan dari berbagai pihak termasuk intelijen. Karena dalam situasi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah turun, ekonomi rakyat sudah sangat anjlok, ada kekhawatiran sangat dari pihak keamanan.

Reuni 212 dengan massa banyak, dengan sedikit pemicu akan berubah menjadi people power “menurunkan” Jokowi. Bisa bikin runyam. Ketakutan ini tidak terjadi ketika unjuk rasa Buruh dan Mahasiswa pada tanggal 28 Oktober dan 10 Nopember 2021. Polisi secara tenang dan damai, pengawalan unras terasa akrab.

Berkaitan di Jakarta pandemi covid melandai dengan PPKM di Jakarta sudah bisa dikatakan sudah tiada. Pemerintah harus mencarai akal. Secara terburu-buru Pemerintah Pusat menetapkan kembali di DKI Jakarta berlaku PPKM level 2. Untuk antisipasi adanya Reuni 212. Ini memang diluar perhitungan rejim. Karena rencana level PPKM baru akan ditingkatkan pada saat mendekat Nataru.

Melalui senjata adanya PPKM level 2 reuni 212 harus dengan alasan pandemi Covid untuk membatalkan. Tidak cukup melalui surat pemberitahuan kepada polisi sesuai UU. Reuni 212 jamaknya adalah unjuk rasa periodik tahunan, harus memerlukan rekomendasi Satgas Covid. Rekomendasi Satgas diperlukan untuk urusan ijin keramaian. Sudah dipastikan ditolak karena Satgas Covid adalah Pemerintah mereka tentu tidak akan memberikan rekomendasi.

Polisi juga punya alasan karena tidak adanya rekomendasi maka ijin keramaian tidak diterbitkan. Pokoknya tidak boleh ada kerumunan karena bahaya covid.

Ini sesuatu yang mengada-ada dan diskenario secara dadakan. Pertanyaannya sejak kapan yang namanya unras harus ada harus ada ijin keramaian, tidak ada di UU. Rupanya masih kurang yakin Polisi Metro Jaya mengancam peserta Unras Reuni 212 dengan pasal 212 KUHP. Unik juga Reuni 212 diancam dengan pasal 212.

Malam Rabu, tanggal satu Polisi dan Tentara sibuk, semua akses ke Monas ditutup tidak terkecuali bagi lalu lintas umum, jalan Merdeka Barat, Timur, Utara dan Selatan di steril dari semua kegiatan. Jalan masuk dari luar kota ke Jakarta dari semua penjuru Jagodetabek diawasi oleh pergerakan masa. Hal yang belum pernah terjadi dalam menghadapi kegiatan unras yang berlangsung selama rejim Jokowi berkuasa.

Rupanya kewaspadaan tentang keamanan adanya reuni 212 tidak cukup oleh Kapolda dan Pangdam Jaya, Jenderal Dudung sebagai KSAD juga harus turun tangan. Pemerintah harus benar-benar “diamankan” dari sumber “ketakutannya” akan adanya people power.

Memang benar dari masa yang tercerai berai karena semua akses jalan ditutup muncul spanduk “Jokowi Munduurrr” di Jl. Thamrin dari KAMI Karawang. Ada spanduk dari Ikatan Keluarga Besar UI “Cabut Mandat Jokowi, Tidak Becus urus Negara”, dari pihak Panitia reuni 212 tuntutannya adalah; Hentikan Kriminalisasi Ulama, Bela MUI, Ganyang Koruptor!

Sebagai pemerhati tentunya “ketakutan” pihak rejim pemerintahan yang di perlihatkan oleh pihak keamanan Polisi dengan bantuan Tentara, ini luar biasa seperti akan terjadinya penggantian kekuasaan secara paksa.

Jika di amati penggantian kekuasaan yang terjadi pada era pemerintahan sebelumnya lebih kepada ketidak kompakan di dalam istana. Mundurnya Soeharto karena para Menteri dan orang dekatnya menolak untuk  duduk dalam kabinet yang dibentuknya, begitu juga dengan lengsernya Gusdur karena dekrit yang dikeluarkannya ditolak dan tidak didukung oleh orang dekatnya. Hal tersebut yang harus diwaspadai oleh Jenderal Dudung, yang sepertinya sangat menonjol pasang badan membela tuannya. Kalau yang ini jelas dari Solo bukan dari Arab.

*Penulis adalah pemerhati kebijakan publik, Sekjen FKP2B, Aktivis Pergerakan 77-78

Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

Nyanyian Riza Chalid Penting Mengungkap Pejabat Serakah

Minggu, 09 Maret 2025 | 20:58

Polda Metro Didesak Segera Periksa Pemilik MNC Asia Holding Hary Tanoe

Minggu, 09 Maret 2025 | 18:30

UPDATE

Sinergi Infrastruktur dan Pertahanan Kunci Stabilitas Nasional

Senin, 10 Maret 2025 | 21:36

Indonesia-Vietnam Naikkan Level Hubungan ke Kemitraan Strategis Komprehensif

Senin, 10 Maret 2025 | 21:22

Mendagri Tekan Anggaran PSU Pilkada di Bawah Rp1 Triliun

Senin, 10 Maret 2025 | 21:02

Puji Panglima, Faizal Assegaf: Dikotomi Sipil-Militer Memang Selalu Picu Ketegangan

Senin, 10 Maret 2025 | 20:55

53 Sekolah Rakyat Dibangun, Pemerintah Matangkan Infrastruktur dan Kurikulum

Senin, 10 Maret 2025 | 20:48

PEPABRI Jamin Revisi UU TNI Tak Hidupkan Dwifungsi ABRI

Senin, 10 Maret 2025 | 20:45

Panglima TNI Tegaskan Prajurit Aktif di Jabatan Sipil Harus Mundur atau Pensiun

Senin, 10 Maret 2025 | 20:24

Kopdes Merah Putih Siap Berantas Kemiskinan Ekstrem

Senin, 10 Maret 2025 | 20:19

Menag Masih Pelajari Kasus Pelarangan Ibadah di Bandung

Senin, 10 Maret 2025 | 20:00

Airlangga dan Sekjen Partai Komunis Vietnam Hadiri High-Level Business Dialogue di Jakarta

Senin, 10 Maret 2025 | 19:59

Selengkapnya