Berita

Kapolda Sumsel Irjen Pol Eko Indra Heri/Net

Dahlan Iskan

Santai 2 T

MINGGU, 08 AGUSTUS 2021 | 09:38 WIB | OLEH: DAHLAN ISKAN

SEJAK Kapolda Sumsel Irjen Pol Eko Indra Heri minta maaf, heboh sumbangan Rp 2 triliun reda. Tidak ada lagi suara yang menyalah-nyalahkan polisi: kok tidak cek dulu sebelum kebenaran sumbangan itu diumumkan.

Sejak itu Kapolda justru balik mendapat simpati: ia dianggap gentleman. Ia memang kurang teliti. Lalu minta maaf. Selesai.

Saya juga memuji sikap Kapolda itu. Kapolda tidak berbuat salah. Tidak melanggar hukum. Tidak jahat. Tidak kriminal. Tidak korupsi. Ia hanya kurang cermat.

Ketika Pak Menko Polhukam Prof Dr Mahfud MD menghubungi saya, pujian ke Kapolda itu juga saya sampaikan ke beliau. Ternyata Pak Menko juga berpendapat yang sama.

Saya pun menghubungi Si Cantik dr Nur –teman dekat Heryanti, putri bungsu Akidi Tio itu. Dokter Nur begitu dekat dengan temannya itu sampai kalau memanggil Heryanti cukup dengan nama kecilnya: Ahong.

Saya sarankan agar dr Nur menulis WA ke Ahong. Isinya: Kapolda saja sudah mau minta maaf, tolonglah Anda juga segera minta maaf ke Kapolda dan ke seluruh masyarakat Sumsel.

Dokter Nur benar-benar mengirim WA –entah apa bunyinya, yang jelas seirama dengan misi itu. Ahong sebaiknya memenuhi saran dr Nur itu.

Bahwa Ahong ngotot uang Rp 2 T itu ada, nggak masalah. Urus saja terus. Sampai dapat. Atau sampai menyerah. Tapi minta maaf itu penting. Kalau pun permintaan maaf itu dirasa berat, kelak boleh dicabut bersamaan dengan penyerahan sumbangan yang sebenarnya.

"WA saya itu tidak dijawab. Sampai sekarang masih belum dibaca. Baru ada satu centang," ujar Si Cantik kemarin sore.

"Tidak masalah...," jawab saya. ".... yang penting sudah ada orang yang memberi saran seperti itu pada Ahong."

Ahong sendiri masih belum keluar rumah. Masih sakit. Begitulah keterangan polisi. Yang seharusnya memeriksa Ahong lagi sejak tiga hari lalu.

Dokter Nur berkali-kali telepon Ahong juga tidak direspons. Padahal biasanya tiap hari selalu kontak beberapa kali.

Tentu masyarakat Tionghoa Palembang juga marah pada Ahong. Tapi mau bagaimana lagi. Mereka pun kumpul-kumpul uang. Dapat Rp 2 miliar. Diserahkanlah uang itu ke Kapolda Sumsel. Dua hari lalu. Prof Hardi Darmawan mengirimi saya 46 foto acara penyerahan sumbangan itu. Tanpa papan styrofoam. Berarti Prof Hardi sudah wawuhan dengan saya.

Saya juga memuji media yang tidak menyeret-nyeret kakak Ahong yang enam orang itu. Yang semua tinggal di Jakarta. Mereka memang tidak terkait dengan ulah sensasi Ahong. Tidak selayaknya ikut diseret-seret di media.

Hampir saja itu terjadi. Yakni ketika medsos mulai menampilkan putri salah satu kakak Ahong. Yang mengenakan jam tangan Rp 2,5 miliar itu. Yang berpose di pesawat pribadi itu. Bahkan awalnya disebutkan itulah Ahong. Saya berkewajiban meluruskan itu, karena kebetulan saya tahu siapa dia.

Kakak Ahong yang di Jakarta itu orang baik-baik. Anaknya itu pun kerja di bidang yang terhormat: bisnis di bursa saham.

Sang kakak sendiri boleh dikata telah jadi simbol Bhinneka Tunggal Ika. Ia mengawini gadis Jawa anak transmigran di Desa Kerta Mukti. Perkawinannya pun dilakukan di desa transmigrasi itu.

Di masa muda, sang kakak memang sering berada di sekitar Kerta Mukti –menjadi pemborong imas tumbang, pembersihan lahan calon kebun sawit.

Mereka hidup terpisah dari Ahong. Tidak layak dikait-kaitkan dengan heboh Rp 2 T Ahong.

Yang tetap banyak beredar di medsos adalah meme. Sebagian bernada sinis. Sebagian besar lagi yang bernada humor. Sangat menghibur.

Misalnya ada foto: Warung Tegal Sumbang 2 T. Ternyata, maksudnya: dua telur.

Saya juga menerima sumbangan 2 T dari seorang teman. Ia salah satu pengusaha terkaya di Indonesia. "Terimalah 2 T ini," tulisnya, sambil mengirim foto wanita bahenol yang telanjang dada dengan 2 T – di dada itu.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Misi Dagang ke Maroko Catatkan Transaksi Potensial Rp276 Miliar

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:51

Zita Anjani Bagi-bagi #KopiuntukPalestina di CFD Jakarta

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:41

Bapanas: Perlu Mental Berdikari agar Produk Dalam Negeri Dapat Ditingkatkan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:33

Sadiq Khan dari Partai Buruh Terpilih Kembali Jadi Walikota London

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:22

Studi Privat Dua Hari di Taipei, Perdalam Teknologi Kecantikan Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:14

Kekuasaan Terlalu Besar Cenderung Disalahgunakan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:09

Demi Demokrasi Sehat, PKS Jangan Gabung Prabowo-Gibran

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:04

Demonstran Pro-Palestina Lakukan Protes di Acara Wisuda Universitas Michigan

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:57

Presidential Club Patut Diapresiasi

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:37

PKS Tertarik Bedah Ide Prabowo Bentuk Klub Presiden

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:11

Selengkapnya