Berita

Perang di Gaza/Net

Dunia

Militer Israel Tantang AS Dan Negara Barat Yang Kritik Penyerangan Gedung Di Gaza: Belajarlah Taktik Perang, Datang Ke Sini Dan Lihat!

KAMIS, 03 JUNI 2021 | 13:02 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Seorang pejabat dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan bahwa semestinya negara-negara Barat termasuk AS belajar mengenai taktik perang kepada mereka.

Komentarnya itu menyusul kecaman yang datang dari AS dan dunia internasional mengenai serangan Israel yang menargetkan gedung-gedung di jalur Gaza, termasuk Menara al-Jalaa.

Pejabat itu, yang tidak ingin disebutkan namanya, menggambarkan kritik internasional sebagai tidak berdasar dan tidak adil.

Serangan udara Israel yang menargetkan menara-menara bertingkat di jalur Gaza pada perang sebelas hari yang baru saja usai, telah menghimpun hujatan dari semua negara terhadap Israel, termasuk dari AS.  

Di AS, Joe Biden menghadapi kritikan dan tuntutan dari dalam partainya sendiri untuk mengevaluasi kembali aliansi panjang Amerika dengan Israel. Anggota parlemen termasuk Senator Bernie Sanders telah mendesak Gedung Putih untuk mengakhiri penjualan senjata ke Israel. Menyebut bahwa AS 'menyediakan senjata untuk membunuh anak-anak di Gaza.'

Senator Ilhan Omar dari Demokrat bahkan menyebut serangan IDF pada gedung-gedung itu sebagai tindakan 'terorisme', sementara senator Alexandria Ocasio-Cortez, juga dari demokrat mendorong untuk memblokir paket senjata AS senilai 735 juta dolar yang ditujukan untuk Israel.

Pejabat IDF menekankan, IDF jangan cuma dikritik soal balasan serangan tersebut, IDF sebenarnya harus dipuji.

"Mereka harus mengirimkan militer mereka kepada kami untuk melihat dan belajar," katanya, kepada Newsweek, Rabu (2/5) .

"Jika mereka benar-benar peduli dengan warga sipil dan perlindungan warga sipil, mereka seharusnya mengkritik Hamas."

Penghancuran gedung-gedung tinggi Gaza menjadi simbol kampanye terbaru Israel melawan Hamas dan kelompok teroris Palestina lainnya.

Secara khusus, penghancuran Menara al-Jalaa di Kota Gaza—rumah bagi kantor Associated Press dan Al Jazeera di Gaza—tetap menjadi kontroversi, bahkan setelah gencatan senjata mengakhiri rentetan roket dan serangan udara yang saling balas menyerang, dan telah membunuh 256 warga Gaza, termasuk dua anak.

Namun bagi IDF, gedung Jalaa juga merupakan rumah bagi beberapa target penting Hamas, termasuk tim yang bertanggung jawab atas peperangan elektronik.

Akhir pekan ini, Kepala Staf IDF Letnan Jenderal Aviv Kohavi mengatakan kepada Channel 12 bahwa 'bangunan itu dihancurkan sebagai tindkaan yang adil' dan dia menyesalinya.

Channel 12 melaporkan bahwa Kohavi pernah berbincang-bincang dengan 'sumber asing',  bahwa staf AP minum kopi setiap hari di kafetaria lobi gedung bersama militan Hamas. AP telah membantahnya dengan mengatakan komenar itu salah dan tidak ada kafetaria di lobi Menara Jalaa.

Menteri Pertahanan Benny Gantz mencoba untuk tidak terlibat terllau jauh dengan pernyataan Kohavi, dengan mengatakan bahwa, "Ketika kepala staf membicarakannya, dia mencoba untuk menggambarkan suasana, bukan aspek yang sebenarnya. Bahwa ada infrastruktur Hamas di kantor-kantor yang beroperasi dari gedung tersebut.


Pejabat IDF yang tidak mau disebutkan namanya itu juga menolak laporan Channel 12 yang menggambarkan serangan itu tanpa melalui proses yang cermat.

"Mereka melakukab tugas itu tidak dimotivasi oleh emosi, mereka termotivasi untuk memperoleh keuntungan militer melawan musuh. menyerangnya," katanya.

Pejabat itu mengatakan, bagaimanapun, bahwa serangan terhadap gedung-gedung tinggi juga dirancang untuk menjadi pencegah terhadap kelompok-kelompok Palestina, Lebanon, Suriah, Iran, dan kelompok-kelompok lain yang bermusuhan lainnya di wilayah tersebut.

"Mereka semua perlu memahami dengan sangat jelas dua hal: Ya, kami berkomitmen pada hukum konflik dan kami melakukan yang terbaik untuk tidak menyerang non-kombatan. Tapi dua, tidak ada tempat yang aman untuk bersembunyi bagi teroris mana pun," kata pejabat itu.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Hadiri Halal Bihalal Ansor, Kapolda Jateng Tegaskan Punya Darah NU

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:19

Bursa Bacalon Wali Kota Palembang Diramaikan Pengusaha Cantik

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:04

KPU Medan Tunda Penetapan Calon Terpilih Pileg 2024

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:50

Pensiunan PNS di Lubuklinggau Bingung Statusnya Berubah jadi Warga Negara Malaysia

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:35

Partai KIM di Kota Bogor Kembali Rapatkan Barisan Jelang Pilkada

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:17

PAN Jaring 17 Kandidat Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:58

Benny Raharjo Tegaskan Golkar Utamakan Kader untuk Pilkada Lamsel

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:41

Pria di Aceh Nekat Langsir 300 Kg Ganja Demi Upah Rp50 Ribu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:21

Alasan Gerindra Pagar Alam Tak Buka Pendaftaran Bacawako

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:57

KPU Tubaba Tegaskan Caleg Terpilih Tidak Dilantik Tanpa Serahkan LHKPN

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:26

Selengkapnya