Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

WHO Minta Ilmuwan Lakukan Pemeriksaan Ulang Penemuan Kasus Pertama Virus Corona Di Italia

RABU, 02 JUNI 2021 | 07:47 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Upaya pencarian asal-usul virus corona terus dilakukan para ahli. Terbaru, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta dua ilmuwan Italia untuk menguji ulang sampel dari sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa virus corona telah beredar di luar China pada Oktober 2019.

Covid-19 pertama kali diidentifikasi di Wuhan, China tengah pada Desember 2019, sementara pasien pertama Italia terdeteksi pada 21 Februari 2020 di sebuah kota kecil dekat Milan.

Namun, sebuah penelitian yang diterbitkan tahun lalu menunjukkan antibodi terhadap virus atau varian terdeteksi di Italia pada Oktober 2019, atau dua bulan sebelum itu terdeteksi di China.

Itu mendorong media pemerintah China untuk menyarankan virus itu mungkin tidak berasal dari China, meskipun para peneliti Italia menekankan temuan itu menimbulkan pertanyaan tentang 'kapan' virus pertama kali muncul daripada 'di mana'.

"WHO bertanya kepada kami apakah kami dapat membagikan bahan biologis dan apakah kami dapat menjalankan kembali tes di laboratorium independen. Kami menerimanya," kata Giovanni Apolone, direktur ilmiah dari salah satu lembaga utama, Institut Kanker Milan (INT), seperti dikutip dari Reuters, Rabu (2/6).

Permintaan WHO sebelumnya belum dilaporkan.

"WHO sedang melakukan kontak dengan para peneliti yang telah menerbitkan makalah asli. Kolaborasi dengan laboratorium mitra telah dibentuk untuk pengujian lebih lanjut," kata juru bicara WHO.

Juru bicara itu mengatakan WHO mengetahui bahwa para peneliti berencana untuk menerbitkan laporan tindak lanjut "dalam waktu dekat".

Dia mengatakan pihaknya telah menghubungi semua peneliti yang telah menerbitkan atau memberikan informasi tentang sampel yang dikumpulkan pada 2019 yang dilaporkan telah dites positif SARS-CoV-2, tetapi belum memiliki interpretasi akhir dari hasilnya.

Temuan para peneliti Italia, yang diterbitkan oleh majalah ilmiah INT, Tumori Journal, menunjukkan antibodi penawar terhadap SARS-CoV-2 dalam darah yang diambil dari sukarelawan sehat di Italia pada Oktober 2019 selama uji coba skrining kanker paru-paru.

Sebagian besar sukarelawan berasal dari Lombardy, wilayah utara di sekitar Milan, yang pertama dan paling parah terkena virus di Italia.

"Tak satu pun dari penelitian yang diterbitkan sejauh ini pernah mempertanyakan asal geografis," kata Apolone kepada Reuters.

"Keraguan yang berkembang adalah bahwa virus itu, mungkin kurang kuat dibandingkan dengan bulan-bulan berikutnya, telah beredar di China jauh sebelum kasus yang dilaporkan," tambah Apolone.

Emanuele Montomoli, rekan penulis studi asli dan profesor Kesehatan Masyarakat di Departemen Kedokteran Molekuler di Universitas Siena mengatakan badan PBB telah meminta penelitian ulang dilakukan di laboratorium yang ada di Belanda.

"WHO memilih laboratorium Universitas Erasmus di Rotterdam untuk pengujian ulang," katanya.

Universitas Erasmus belum berkomentar atas hal tersebut.

Peneliti Italia mengirimi tim di Rotterdam 30 sampel biologis dari Oktober-Desember 2019 yang mereka temukan positif, 30 sampel dari periode yang sama mereka diuji negatif dan 30 sampel dari 2018, negatif.

"Kami mengirim mereka sampel buta, itu berarti rekan kami tidak tahu sampel mana yang positif dan mana yang negatif," kata Apolone.

"Mereka memeriksa ulang sampel kami dengan tes komersial, yang jauh lebih sensitif daripada yang kami rancang dan validasikan," kata Montomoli.

Terlepas dari perbedaan dalam dua metode pendeteksian, kedua ilmuwan Italia itu mengatakan mereka puas dengan hasilnya, yang dikirimkan kepada mereka pada akhir Februari, menambahkan bahwa mereka tidak dapat berkomentar lebih jauh sampai tim ilmuwan Italia dan Belanda mempublikasikan temuan mereka.

"Kami tidak mengatakan dalam penelitian kami bahwa kami dapat memastikan tanpa keraguan bahwa virus corona, yang kemudian diurutkan di Wuhan, sudah beredar di Italia pada bulan Oktober," kata Montomoli.

“Kami hanya menemukan respon terhadap virusnya, yakni antibodi. Jadi bisa dikatakan virus corona ini atau yang sangat mirip, mungkin varian yang kurang menular, beredar di sini pada Oktober,” imbuhnya.

Tekanan internasional semakin besar untuk mempelajari lebih lanjut tentang asal-usul pandemi yang telah menewaskan lebih dari 3 juta orang di seluruh dunia itu, menyusul pernyataan Presiden AS Joe Biden yang pekan lalu memerintahkan para pembantunya untuk menemukan jawaban tersebut. 

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Bentuk Unit Khusus Pidana Ketenagakerjaan, Lemkapi sebut Kapolri Visioner

Kamis, 02 Mei 2024 | 22:05

KPK Sita Bakal Pabrik Sawit Diduga Milik Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 21:24

Rakor POM TNI-Polri

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:57

Semarak Hari Kartini, Srikandi BUMN Gelar Edukasi Investasi Properti

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:50

KPK Sita Kantor Nasdem Imbas Kasus Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:46

Sesuai UU Otsus, OAP adalah Pribumi Pemilik Pulau Papua

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:33

Danone Indonesia Raih 3 Penghargaan pada Global CSR dan ESG Summit 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:21

Pabrik Narkoba di Bogor Terungkap, Polisi Tetapkan 5 Tersangka

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:15

Ahmed Zaki Harap Bisa Bermitra dengan PKB di Pilgub Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:50

PP Pemuda Muhammadiyah Gelar Tasyakuran Milad Songsong Indonesia Emas

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:36

Selengkapnya