Paus Fransiskus bersuara memprotes tindakan keras dan mematikan yang dilakukan militer Myamar terhadap para pengunjuk rasa.
Puluhan orang tewas sejak meletusnya kudeta 1 Februari lalu dan sampai saat ini pihak militer masih bersikeras pada ambisinya dengan menahan banyak pemimpin politik.
“Saya ingin meminta perhatian kepada pihak berwenang untuk mengedepankan dialog dan melihat fakta yang ada," kata Paus dalam konferesi persnya, Rabu (3/3), seperti dkutip dari
Vatikan News, Rabu (3/3).
Paus mengingatkan kepada dunia internasional bahwa aspirasi masyarakat Myanmar tidak akan surut oleh kekerasan.
“Semoga kaum muda dari negeri tercinta itu diberikan harapan masa depan, di mana kebencian dan ketidakadilan membuka jalan untuk perjumpaan dan rekonsiliasi,†katanya.
Paus Fransiskus juga meminta junta militer untuk membebaskan tahanan politik dan mengambil langkah-langkah untuk memulihkan demokrasi.
“Akhirnya, saya mengulangi harapan yang saya ungkapkan sebulan lalu, bahwa jalan menuju demokrasi yang diambil dalam beberapa tahun terakhir oleh Myanmar dapat dilanjutkan melalui isyarat nyata dari pembebasan berbagai pemimpin politik yang dipenjara.
Bersamaan dengan seruan Paus pada Rabu, berita tentang kekerasan militer terdengar lagi. Kelompok HAM mengatakan puluhan orang tewas pada Rabu karena kekerasan yang dilakukan pihak militer.
Setelah hampir sebulan demonstrasi damai menentang kudeta, pasukan keamanan mulai menggunakan amunisi langsung terhadap pengunjuk rasa di seluruh negeri.