Berita

Rencana AS tarik pasukan dari Afghanistan dinilai terlalu berbahaya oleh NATO/Net

Dunia

Kepala NATO: Terlalu Berbahaya Jika AS Buru-Buru Tarik Pasukan Dari Afghanistan

SELASA, 17 NOVEMBER 2020 | 22:55 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Penarikan pasukan Amerika Serikat dan sekutu yang terburu-buru dari Afghanistan akan dapat menimbulkan bahaya.

Begitu peringatan yang dikeluarkan oleh Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg awal pekan ini. Peringatan itu dikeluarkan di tengah laporan bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump diperkirakan akan menarik sejumlah besar pasukan Amerika Serikat dari negara yang dilanda perang itu dalam beberapa pekan ke depan.

"Kami sekarang menghadapi keputusan yang sulit. Kami telah berada di Afghanistan selama hampir 20 tahun, dan tidak ada sekutu NATO yang ingin tinggal lebih lama dari yang diperlukan. Tetapi pada saat yang sama, harga untuk pergi terlalu cepat atau dengan cara yang tidak terkoordinasi bisa sangat tinggi," kata Stoltenberg dalam sebuah pernyataan, seperti dikabarkan Al Jazeera (Selasa, 17/11).

Untuk diketahui, penarikan pasukan Amerika Serikat adalah bagian dari perjanjian yang ditandatangani oleh pemerintahan Trump dengan kelompok militan Taliban di Afghanistan pada bulan Februari lalu.

Dalam perjanjian yang sama, Taliban berjanji untuk menjamin kepentingan keamanan Amerika Serikat.

Namun agaknya perjanjian itu hanya sebatas hitam di atas putih. Pasalnya, sejak perjanjian ditandatangani, Taliban telah melakukan banyak serangan terhadap pasukan Afghanistan, yang dilatih oleh pasukan NATO.

Di Afghanistan sendiri, NATO sendiri memiliki kurang dari 12 ribu tentara dari sejumlah negara anggota. Mereka bertugas untuk membantu dan memberi nasihat kepada pasukan keamanan nasional Afghanistan.

Di antara total pasukan NATO di Afghanistan, kebanyakan berasal dari Amerika Serikat. Mereka juga bergantung pada pasukan Amerika Serikat untuk urusan transportasi, logistik, dan dukungan lainnya.

Stoltenberg menegaskan bahwa Afghanistan masih berisiko menjadi platform bagi teroris internasional untuk merencanakan dan mengatur serangan.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Pengukuhan Petugas Haji

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:04

Chili Siap Jadi Mitra Ekonomi Strategis Indonesia di Amerika Selatan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:02

Basri Baco: Sekolah Gratis Bisa Jadi Kado Indah Heru Budi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:42

Pemprov DKI Tak Ingin Polusi Udara Buruk 2023 Terulang

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:24

Catat, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 9-10 Mei

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:22

BMKG Prediksi Juni Puncak Musim Kemarau di Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:27

Patuhi Telegram Kabareskrim, Rio Reifan Tak akan Direhabilitasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:05

Airlangga dan Menteri Ekonomi Jepang Sepakat Jalankan 3 Proyek Prioritas Transisi Energi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:00

Zaki Tolak Bocorkan soal Koalisi Pilkada Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:35

Bertemu Wakil PM Belanda, Airlangga Bicara soal Kerja Sama Giant Sea Wall

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:22

Selengkapnya