Berita

Abdul Kadir Karding/Net

Politik

Karding: Deklarasi KAMI Dapat Dimaknai Lanjutan Barisan Orang Kalah Di Pilpres 2019

SELASA, 18 AGUSTUS 2020 | 15:13 WIB | LAPORAN: RAIZA ANDINI

Anggota Komisi III DPR RI Abdul Kadir Karding angkat bicara mengenai deklarasi KAMI yang digelar hari ini, Selasa (18/8).

Menurutnya, tokoh-tokoh yang ada di dalam organisasi penggerak untuk menyelamatkan Indonesia itu merupakan barisan sakit hati yang kalah dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2019 silam.

“Pendeklarasian KAMI dapat dimaknai sebagai koalisi orang-orang yang kalah dalam Pilpres. Karena kalau melihat daftar nama sebagian besar adalah orang-orang yang kecewa ketika Pilpres terdahulu. Ini aartinya lanjutan. Lanjutan karena jagonya kalah,” ujar Karding di gedung parlemen, Senayan, Selasa (18/8).


Politisi PKB ini mengatakan, dari sisi demokrasi, menurutnya para tokoh dalam organisasi KAMI merupakan orang yang tidak menjalankan demokrasi secara tepat.

“Kalau dari sisi demokrasi sebenarnya hal semacam ini boleh dikatakan orang-orang yang tidak menjalankan demokrasi secara tepat. Dalam demokrasi itu kalau kalah ya sudah, kita mengambil posisi yang terbaik adalah mendukung pemerintah di hal-hal yang positif,” tegasnya.

Dia menambahkan, koalisi para tokoh-tokoh nasional dalam KAMI memiliki tujuan untuk mencari posisi di pemerintahan.

Karding mengimbau, seharusnya KAMI membantu pemerintah bukan membuat gaduh.

“Lalu kedua, sebenarnya koalisi semacam ini karena kita tahu tujuannya sebenarnya lebih pada oposisi bagi pemerintah kalau melihat gelagatnya,” katanya.

“Itu sih yang lebih penting adalah bagaimana di era pandemik ini kita semua bergotong royong, bahu membahu, ikut menyelesaikan masalah yang ada termasuk penderitaan masyarakat yang terjadi karena pandemik ini bukan hal yang mudah sehingga butuh kebersamaan. Kalau ada yang melakukan kritik, mestinya dibangun dengan solusi-solusi konkret,” jelasnya.

Pihaknya berharap, agar para tokoh yang tergabung dalam KAMI memberikan kritik sehat bagi pemerintah bukan malah menjatuhkan.

“Di negara demokrasi tentu koalisi seperti ini tidak boleh dilarang, Tetapi harapan saya adalah pendapat atau kritik yang dilakukan mestinya harus dibarengi oleh solusi-solusi konkret, sehingga itu menyehatkan negara kita, menyehatan demokrasi kita,” tandasnya.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya