Berita

Jaya Suprana/Net

Jaya Suprana

Menerawang Keindahan

SELASA, 23 JUNI 2020 | 07:58 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

KETIKA terpaksa bertapa di dalam rumah akibat pagebluk corona, saya kerap mengenang masa lalu. Misalnya ketika saya masih belajar seni rupa dan seni musik di Jerman, satu di antara sekian banyak unsur pemikiran yang paling kerap diperdebatkan adalah apa yang disebut sebagai estetika.

Dari berbagai debat tentang estetika, saya menarik kesimpulan bahwa pada hakikatnya estetika merupakan suatu jenis persepsi subyektif yang hanya dimiliki oleh mahluk hidup jenis homo sapiens.

Seni

Sarang laba-laba memang indah. Namun laba-laba tidak membangun sarangnya sebagai sebuah karya seni namun sebagai peralatan teknis untuk menangkap mangsa mereka. Bulu ekor merak jantan luar biasa indah tata-warnanya juga bukan merupakan karya seni namun suatu daya visual demi memikat pasangan atau menakut-nakuti lawan.

Jika ingin dipaksakan bahwa sayap kupu-kupu merupakan mahakarya seni rupa berarti mengakuinya bukan sebagai buatan manusia namun ciptaan Yang Maha Kuasa. Pertanyaan utama adalah kenapa hanya manusia yang menciptakan mahakarya kesenian yang kemudian melahirkan istilah indah. Meski pada hakikatnya siulan burung kenari adalah indah namun kenapa tidak dikategorikan sebagai karya seni.

Masalah makin rumit apabila merambah ke contoh kenyataan misalnya lukisan paling tersohor di marcapada ini meski tentu saja hanya terbatas pada masyarakat yang terdikte oleh imperalisme kebudayaan yang sampai saat ini masih didominir oleh peradaban Barat, yaitu La Gioconda yang jauh lebih popular dengan nama Monalisa.

Tanpa pernah melakukan eskperimen dan riset secara ilmiah versi akademis Barat, saya berani menjamin bahwa apabila saya memamerkan lukisan bernama Monalisa kepada masyarakat adat di hutan belantara di pedalaman Brasil, saya jamin tidak ada yang menilai Monalisa sebagai lukisan terindah akibat tata warna yang gelap serta wajah Monalisa yang tidak bisa dibilang cantik apalagi akibat tidak punya alis.

Terus terang andaikata saya berjumpa seorang perempuan berwajah persis Monalisa dengan rambut panjang mengurai yang sama di tengah malam di hutan pedalaman Kalimantan, maka saya bukan terpesona namun jatuh pingsan akibat ketakutan berjumpa kuntilanak.

Saya pribadi secara subyektif lebih mengagumi keindahan lukisan Leonardo da Vinci yang berjudul “Dama con l’ermellino” yang kini berada di museum Czartoryski, Krakau ketimbang “Monalisa” yang kini berada di museum Louvre, Paris.

Nisbi


Memang pada hakikatnya keindahan suatu karya seni secara subyektif, maka nisbi tergantung pada persepsi insan manusia yang menginderakannya. Akibat nisbi karena subyektif maka sebagai warga Indonesia, saya lebih tergetar sukma ketika menyaksikan keindahan Borobudur ketimbang para piramida di padang pasir sekitar sungai Nil di Mesir sampai Sudan.

Sebagai warga Indonesia saya memang lebih terharu ketika mendengar keindahan sajak-sajak Taufik Ismail ketimbang puisi-puisi Walt Whittman.

Sukma saya lebih tergetar ketika menyaksikan pergelaran Wayang Orang Bharata atau Ngesti Pandowo ketimbang pergelaran Kabuki.

Lubuk sanubari pribadi saya lebih tersentuh ketika mendengar Waljinah syahdu nembang Yen Ing Tawang Ono Lintang ketimbang ketika mendengar Theresa Teng merdu mengalunkan Yen Liang Tai Piao Wo Te Sin.

Lidah saya lebih tergiur ketika melahap sate kambing Pak Toha di Jember ketimbang ketika mencicipi nouvelle cousine mahachef legendaris Alain Passard di L’Arpege Paris.

Letak

Namun ada teori estetika yang tidak sudi terperangkap pada dogma kenisbian persepsional subyektif yaitu teori estetika dogmatis tak terbantahkan bersikeras bahwa keindahan payudara perempuan terletak pada letaknya.

Bagi yang masih berani meragukan silakan menggunakan imajinasi andaikatamologis demi membayangkan andaikata payudara perempuan terletak pada tempat yang bukan tempat kelazimannya. Seperti misalnya di perut, atau di punggung, atau di dahi, atau di ubun-ubun atau di dengkul, atau di telapak kaki apalagi di ketiak.

Apakah payudara perempuah yang tidak terletak pada letaknya yang lazim masih layak dinilai sebagai indah ?

Menghadapi kontemplasi estetika yang mengutamakan peletakan apa pun pada letaknya seperti halnya falsafah Jawa empan-papan itu, saya tak berdaya apa pun kecuali membisu setriliun bahasa sebagai pertanda menyerah kalah tanpa kibaran bendera putih.

Ternyata  keindahan bagian tubuh yang terletak di dada manusia baik yang lelaki maupun perempuan, namun konon yang lebih indah adalah yang dimiliki perempuan asal letaknya jangan dipindah ke tempat lain memang apa boleh buat, suka tak suka terletak pada letaknya.

Penulis adalah pembelajar apa yang disebut sebagai estetika

Populer

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Daftar Bakal Calon Gubernur, Barry Simorangkir Bicara Smart City dan Kesehatan Untuk Sumut

Selasa, 07 Mei 2024 | 22:04

Acara Lulus-Lulusan Pakai Atribut Bintang Kejora, Polisi Turun ke SMUN 2 Dogiyai

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:57

Konflik Kepentingan, Klub Presiden Sulit Diwujudkan

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:41

Lantamal VI Kirim Bantuan Kemanusiaan Untuk Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:33

Ketua MPR: Ditjen Bea Cukai, Perbaiki Kinerja dan Minimalkan Celah Pelanggaran!

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:33

Anies: Yang Tidak Mendapatkan Amanah Berada di Luar Kabinet, Pakem Saya

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:25

Ide Presidential Club Karena Prabowo Ingin Serap Pengalaman Presiden Terdahulu

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:17

Ma’ruf Amin: Presidential Club Ide Bagus

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:09

Matangkan Persiapan Pilkada, Golkar Gelar Rakor Bacakada se-Sumut

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:04

Dua Kapal Patroli Baru Buatan Dalam Negeri Perkuat TNI AL, Ini Spesifikasinya

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:00

Selengkapnya